Minggu, 25 Oktober 2015

This is it..

This is it..


Bukankah seharusnya semua berjalan begini, kebahagian ada di ujung genggaman, meuntup mata atas semua kegelisahan, berharap semua sesak berakhir. Pertanyaan-pertanyaan belum terjawab, memenuhi ruang hati yang sesak dalam kehampaan. Apakah semua ini akan berakhir? Melihat dia bahagia, memelukku begitu erat, seolah aku akan menghilang dari pandangannya.

Dia yang aku genggam berharap dapat tertawa secerianya, memandangnya seperti aku melihat sebelumnya? Ketulusan ini tak memiliki pamrih, sungguh, namun aku hanya mencari arti dari semua ini. Bilapun aku melepasnya akankah aku baik-baik saja? Bukan aku ingin berpisah, hanya aku ingin menemukan diriku lagi, ingin berdamai dengan diriku lagi, ingin tertawa dengan diriku lagi. Aku ingin memiliki diriku sendiri.

Waktu berjalan begitu cepat meninggalkan semua rasa sakit itu, rasa sakit yang berubah pudar menjadi kenangan yang kadang aku tertawakan. Kedewasaan yang aku miliki dengan penuh penerimaan. Cinta ini kubangun dengannya dengan penuh pengabdian. Rasanya janggal kalau aku hanya terdiam dan menerima, yah inilah dicintai. Bukan kali pertama aku mendapatkannya, namun setiap hal membutuhkan pengorbanan, dan aku mengorbankan kamu duniaku, dunia yang hanya ada dalam mimpiku dalam pikiranku. Dunia itu berisi rekaman senyum, rekaman peluk, rekaman perpisahan yang penuh air mata menyakitkan, rekaman kerinduan yang nyaman.

Aku telah memiliki apa yang aku butuhkan dan aku takkan bermain api, aku adalah waktu yang berputar dalam  detik jam, tik-tok tik-tok tik-tok kulewati dengan normal setiap hari tanpa tergesa, tanpa detak penasaran, tanpa kemungkinan atas kehilang dan rasa sakit. Aku hanyalah sebuah kenormalan.

Dan aku rindu menemukan detak jantungku lagi, rindu menemukan tarikan nafasku lagi, aku berusaha menemukannya dari tangan kekasih yang aku genggam. Aku tak ingin menyakiti siapapun, aku tak ingin merasakan sakit lagi. Mungkin aku hanya merindukan rumah yang telah hancur, aku hanya merindukan dunia yang hilang, dan kini aku membangun rumah baruku dengan penuh pengabdian.

Aku menyerahkan diriku sepenuhnya, padanya yang telah sepenuh hati mengorbankan semua miliknya untukku, aku hanya perlu menjaganya, menjaga kami berdua saling tetap bergenggaman hingga waktu berjalan terus bersama mewujudkan apa yang kami inginkan. Sebuah rumah dalam hati kami dalam dunia kami. Aku berharap dialah akhir dari pencarianku dan merupakan awal dari perjalan baruku menuju akhir yang saling merenta tetap dalam genggaman tangannya..


Jumat, 29 Mei 2015

Nina

NINA



I met you when I was a twenty
But then you were one as well
And I could play the guitar
Just like ringing the bells
Sometimes I wonder
And any other summer could you have been my part time lover
To me listening to Stevie Wonder
Under the covers where we used to lay
And read stacks while the speakers play
I'll be on tour almost every day
When I was home up in my flat is where we used to stay
Just watching the DVD, smoking illegal weed
Getting high, two cars, we needed to breathe
We used each other's edge just for the people to see
And stay up all night like when we needed to sleep
We go anywhere, our minds would take us
And also you are beautiful without your make-up
And you don't even need to worry about your weight 'cause
We can all be loved the way that God made us
And time's the only reason that we could break up
'Cause you would always tell me I'mma wait too much
Distance is relative to the time that it takes to get on a plane
Or make a mistake, say it again


Oh Nina

You should go Nina
'Cause I ain't never coming home
In a road, won't you leave me now
And I've been living on the road Nina
And then again you should know Nina
'Cause that's you and me
Both in a road, won't you leave me now
Now


And every weekend in the winter
You'd be wearing my hood
With jewels, strings pulled tight
To keep your face in the cold
Taking day trips to the local
Where we D on the road
'Cause every day when I was a baby
Don't you speak on the phone
Watching Blue Planet
Creating new habits
And if we were two rabbits
And then you'd vanish
Back to burrow all of the 'queltics' are disappearing
You call me selfish, I don't understand
But I can't help it
I put my trouble for everything
Except my family and friends
But you'll be in between forever
So I guess we'll have to take a step back
Overlook the situation
'Cause mixing business and feelings will only lead to complications
And I'm not saying we should be taking a break
Just re-evaluating quick before we make a mistake and it's too late
So we can either deal with the pain
Or wait to get on the plane
But in the day we'll have to say it again


Oh Nina

You should go Nina
'Cause I ain't never coming home
In a road, won't you leave me now
And I've been living on the road Nina
And then again you should know Nina
'Cause that's you and me
Both in a road, won't you leave me now
Now


Love will come and love will go
But you can make it on your own
Sing that song, go, oh won't you leave me now
People grow, and fall apart
But you can mend your broken heart
Take it back, oh won't you leave me now






Rabu, 11 Maret 2015

Kenyataan

Kenyataan..
Satu kata yang selalu membuat aku tersenyum kecut,  ketidakberdayaanku dalam melihat kenyataan. Aku selalu ingin menjadi kuat, dalam mengahadapi  dan menerima kenyataan. Kenyataan bahwa ketulusan saja tidak akan cukup untukku dalam menemukan kebahagiaanku. Apakah aku harus selalu seegois itu? Bukankah seharusnya aku tidak cukup egois untuk jadi tulus? Mencintai sepenuh hati ternyata tidak mudah, apalagi kalau aku terus menerus mencintai orang yang tidak tepat.

Siapa yang tepat? Orang bilang suatu saat aku akan menemukan orang yang cukup pantas untukku, yang mencintaiku sepenuh hati, tapi tentang cinta itu sendiri aku tak memiliki kekuatan lagi untuk menyusun dan membangun puing-puing kehancuran hatiku. Akan kah cinta kembali menguasai harapan dalam diriku? Merubahnya menjadi kebodohan.

Tak ada yang pernah memahami bahwa aku selalu sepenuh hati, terlalu mencintai, hingga pada akhirnya, hal itu yang membuat aku tidak memiliki kekuatan apapun dalam menyadari tentang kenyataan. Cintaku menjadi boomerang kehancuranku, cintaku menjadi candu yang membunuh hatiku pelan-pelan. Entah sampai dimana kebodohan ini akan terjadi, aku berusaha untuk tetap tegar menghadapi semuanya, berusaha menerima semuanya.

Tidak ada tempat yang tepat bagi setiap kebodohan, mereka yang aku cinta, yang setiap dari mereka mengatakan bahwa aku akan bahagia suatu saat nanti dengan orang yang tepat, mereka tidak pernah mengerti bagaimana perasaanku. Mereka tidak peduli, hanya berusaha menghibur orang bodoh yang terus terluka karena dirinya sendiri -- Aku.

Aku Mencintai dan menyayangi sepenuh hati dan tetap harus aku yang pergi, Aku tidak lagi mempertanyakan tentang keadilan, karena aku tidak mempunyai hak apapun. keadilan yang mana? atas dasar apa, dan aku siapa?

Bukankah cinta seharusnya membahagiakan? Ataukah tidak untukku?  Bila ketulusanku tidak pernah berada pada tempat yang tepat, maka aku memang tidak tepat untuk siapapun, tidak dia masalaluku, ataupun kamu yang kini sangat aku sayangi.

Aku hanya ingin kamu, betapapun tidak sempurnanya kamu, tidak perduli latar belakangmu, tidak perduli siapa kamu sebenarnya, tidak perduli semua kekuranganmu. Aku Hanya ingin kamu....

Tidak bisakah???

Atau aku lagi-lagi harus menyerah saja..
Mungkin benar, tidak ada yang cukup tepat untukku..



Kiki Diandra
10 Maret 2015
12.19