Tidak akan pernah ada yang bisa membuatku jauh darimu. Tidak
jarak, tidak waktu, tidak juga masa lalu. Aku selalu hidup didalam hatimu,
seperti kamu yang juga selalu hidup didalam hatiku. Rindu yang menyatukan kita,
ketika jarak dan waktu justru membentang jauh dan lebar dihadapan kita. Kini aku
bukan siapa-siapa kamu, seperti kamu yang bukan siapa siapa bagiku, kita memang
bukan lagi dua manusia yang disatukan oleh sebuah pengakuan, namun sesungguhnya
pengakuan tidaklah begitu penting ketika hati telah saling benar-benar bertaut.
Aku mencintaimu, seperti kamu mencintai aku, meski tanpa lisan, meski tanpa
ucapan, meski tanpa kata, namun ikatan yang kita miliki jauh lebih kuat dari
itu semua, ikatan yang kita miliki tidak
sedangkal itu.
Kita masih saling memiliki dalam hati, kita saling bertaut
dalam mimpi, kita saling berpagut dalam lubuk jiwa. Kita adalah kita “Kau dan Aku”
dalam dunia milik kita, yang hanya kita berdua yang tau bagaimana jalan menuju
kesana. Kita memiliki taman bunga kita sendiri, kita memiliki mata air kita
sendiri, kita memiliki rumah kita sendiri, di dunia milik kita. Tak ada
seorangpun yang pernah kesana selain kita berdua, tak akan pernah ada yang
mengerti bahasa cinta kita selain kita berdua. Takkan ada yang pernah tau
bagaimana bentuk dan warna dalam rangkaian pelangi milik kita, tak akan ada yang
melihat bentuk dan jumlah warna indah dalam dunia kita, karena hanya kita
berdualah yang bisa menuju kesana.
Mungkin dunia kita memang disebut dunia mimpi, dunia yang
tercipta karena keadaan, dan paksaan, dunia yang tercipta dibalik semua rasa
sakit, dunia yang muncul saat semua harapan tentang kita telah musnah. Kita pernah
saling menghamburkan kata cinta, kita pernah saling bertukar air mata, kita
pernah saling bergumul dalam kebahagiaan rasa, dan kita tidak pernah rela untuk
meninggalkannya meski yang tersisa hanya tinggal rasa, tanpa kesempatan, tanpa
kenyataan, tanpa harapan untuk kembali terangkai menjadi satu.
Kamu telah memilih, cinta menujukkan kuasa pada dirimu dan
dirinya, tentu saja mesti ada yang dikorbankan, dalam setiap bahagia bukankah
harus ada yang menjadi penopang derita? Meski harus aku orangnya. Aku tidak
akan mempertanyakan “kenapa harus aku?” karena cinta yang memilihku, cinta
telah menusukkan panahnya padaku, menembus bilik jantungku, menimbulkan luka
yang menganga. Namun sungguh aku tidak pernah menyesali atas apa yang menimpaku,
aku justru bersyukur, berkat kamu, berkat dia, atas semua kerumitan yang
terjadi diantara kita, aku mendapatkan pelajaran berharga tentang Cinta yang
sesungguhnya.
Kamu mengajarkan aku bagaimana merelakan, tentang makna
cinta itu sendiri, merelakan orang yang paling dicintai untuk membuat orang itu
lebih bahagia adalah sesuatu yang indah. Dalam hal ini jika ada yang bertanya,
apakah aku benar-benar rela? Jawabannya tentu saja tidak, orang gila mana yang
benar-benar merelakan orang yang paling dicintainya, memilih orang lain?
Ikhlas? Tentang ikhlas itu sendiri, sungguh hanya Tuhan dan diri sendiri yang
tau tentang makna keikhlasan, karena sesungguhnya manusia tidak pernah bisa
ikhlas. Mungkin kata ikhlas dan rela itu dapat diganti dengan kata “belajar
menerima” bahwa tidak semua hal yang kita inginkan dapat kita miliki. Makna
dari cinta itu sendiri adalah memberi, memberikan kebahagiaan bagi orang yang
dicintai adalah wujud cinta yang sesungguhnya. Percayalah aku mencintaimu
dengan segenap jiwa dan ragaku, luasnya jagat raya tidak akan mampu mengukur
besarnya cintaku padamu, aku terlalu, terlampau sangat mencintaimu. Dengan cintaku
yang seluas itu aku memberikan hadiah padamu, aku membebaskanmu dari belenggu
keegoisan cintaku. Hadiahku berupa kebebasan.
Tidak-tidak, bukan aku tidak mencintaimu lagi. Demi Tuhan,
aku akan mencintaimu seumur hidupku, aku akan tetap mencintaimu dengan kepingan
kepingan hatiku yang tersisa, sungguh jika aku bisa memilih, aku ingin tetap
bersamamu seumur hidupku. Seadainya aku masih punya kesempatan itu J namun kenyataan,
keadaan, keputusanmu yang menghentikan langkahku, dan aku tidak dapat
menyangkalnya untuk kembali berlari terseok-seok dengan sisa tenagaku yang
berbalut peluh darah.
Namun cinta memang bukan cinta saja. Cinta bukan sekedar aku,
kamu dan keinginan kita, lebih luas,
cinta adalah mengerti lebih dalam dan melihat lebih dekat, cinta adalah bahagia
melihat kamu tersenyum dan mendengar kamu tertawa meski bukan karena aku. Cinta
adalah memberikan kamu rasa “lega” dan “aman” cinta adalah memastikan kamu
merasa bahagia, bagaimanapun keadaannya.
Menulis ini memang terasa sakit, nyeri, perih, menuliskan
ini memang diiringi air mata, namun semua rasa itu akan aku bungkus dengan
senyuman, semuanya
Karena aku selalu percaya, CINTA masih milik kita, hati kita
masih saling mengait, kita masih tetap bersatu dalam hati, kita masih tetap
bersama didunia milik kita, yang hanya kita yang tau pintu untuk menuju
kesana...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar