Minggu, 15 September 2013

Di dunia milik kita






Tidak akan pernah ada yang bisa membuatku jauh darimu. Tidak jarak, tidak waktu, tidak juga masa lalu. Aku selalu hidup didalam hatimu, seperti kamu yang juga selalu hidup didalam hatiku. Rindu yang menyatukan kita, ketika jarak dan waktu justru membentang jauh dan lebar dihadapan kita. Kini aku bukan siapa-siapa kamu, seperti kamu yang bukan siapa siapa bagiku, kita memang bukan lagi dua manusia yang disatukan oleh sebuah pengakuan, namun sesungguhnya pengakuan tidaklah begitu penting ketika hati telah saling benar-benar bertaut. Aku mencintaimu, seperti kamu mencintai aku, meski tanpa lisan, meski tanpa ucapan, meski tanpa kata, namun ikatan yang kita miliki jauh lebih kuat dari itu semua, ikatan yang kita miliki  tidak sedangkal itu.

Kita masih saling memiliki dalam hati, kita saling bertaut dalam mimpi, kita saling berpagut  dalam  lubuk jiwa. Kita adalah kita “Kau dan Aku” dalam dunia milik kita, yang hanya kita berdua yang tau bagaimana jalan menuju kesana. Kita memiliki taman bunga kita sendiri, kita memiliki mata air kita sendiri, kita memiliki rumah kita sendiri, di dunia milik kita. Tak ada seorangpun yang pernah kesana selain kita berdua, tak akan pernah ada yang mengerti bahasa cinta kita selain kita berdua. Takkan ada yang pernah tau bagaimana bentuk dan warna dalam rangkaian pelangi milik kita, tak akan ada yang melihat bentuk dan jumlah warna indah dalam dunia kita, karena hanya kita berdualah yang bisa menuju kesana. 

Mungkin dunia kita memang disebut dunia mimpi, dunia yang tercipta karena keadaan, dan paksaan, dunia yang tercipta dibalik semua rasa sakit, dunia yang muncul saat semua harapan tentang kita telah musnah. Kita pernah saling menghamburkan kata cinta, kita pernah saling bertukar air mata, kita pernah saling bergumul dalam kebahagiaan rasa, dan kita tidak pernah rela untuk meninggalkannya meski yang tersisa hanya tinggal rasa, tanpa kesempatan, tanpa kenyataan, tanpa harapan untuk kembali terangkai menjadi satu.
Kamu telah memilih, cinta menujukkan kuasa pada dirimu dan dirinya, tentu saja mesti ada yang dikorbankan, dalam setiap bahagia bukankah harus ada yang menjadi penopang derita? Meski harus aku orangnya. Aku tidak akan mempertanyakan “kenapa harus aku?” karena cinta yang memilihku, cinta telah menusukkan panahnya padaku, menembus bilik jantungku, menimbulkan luka yang menganga. Namun sungguh aku tidak pernah menyesali atas apa yang menimpaku, aku justru bersyukur, berkat kamu, berkat dia, atas semua kerumitan yang terjadi diantara kita, aku mendapatkan pelajaran berharga tentang Cinta yang sesungguhnya.

Kamu mengajarkan aku bagaimana merelakan, tentang makna cinta itu sendiri, merelakan orang yang paling dicintai untuk membuat orang itu lebih bahagia adalah sesuatu yang indah. Dalam hal ini jika ada yang bertanya, apakah aku benar-benar rela? Jawabannya tentu saja tidak, orang gila mana yang benar-benar merelakan orang yang paling dicintainya, memilih orang lain? Ikhlas? Tentang ikhlas itu sendiri, sungguh hanya Tuhan dan diri sendiri yang tau tentang makna keikhlasan, karena sesungguhnya manusia tidak pernah bisa ikhlas. Mungkin kata ikhlas dan rela itu dapat diganti dengan kata “belajar menerima” bahwa tidak semua hal yang kita inginkan dapat kita miliki. Makna dari cinta itu sendiri adalah memberi, memberikan kebahagiaan bagi orang yang dicintai adalah wujud cinta yang sesungguhnya. Percayalah aku mencintaimu dengan segenap jiwa dan ragaku, luasnya jagat raya tidak akan mampu mengukur besarnya cintaku padamu, aku terlalu, terlampau sangat mencintaimu. Dengan cintaku yang seluas itu aku memberikan hadiah padamu, aku membebaskanmu dari belenggu keegoisan cintaku. Hadiahku berupa kebebasan. 

Tidak-tidak, bukan aku tidak mencintaimu lagi. Demi Tuhan, aku akan mencintaimu seumur hidupku, aku akan tetap mencintaimu dengan kepingan kepingan hatiku yang tersisa, sungguh jika aku bisa memilih, aku ingin tetap bersamamu seumur hidupku. Seadainya aku masih punya kesempatan itu J namun kenyataan, keadaan, keputusanmu yang menghentikan langkahku, dan aku tidak dapat menyangkalnya untuk kembali berlari terseok-seok dengan sisa tenagaku yang berbalut peluh darah. 

Namun cinta memang bukan cinta saja. Cinta bukan sekedar aku, kamu dan keinginan kita,  lebih luas, cinta adalah mengerti lebih dalam dan melihat lebih dekat, cinta adalah bahagia melihat kamu tersenyum dan mendengar kamu tertawa meski bukan karena aku. Cinta adalah memberikan kamu rasa “lega” dan “aman” cinta adalah memastikan kamu merasa bahagia, bagaimanapun keadaannya.
Menulis ini memang terasa sakit, nyeri, perih, menuliskan ini memang diiringi air mata, namun semua rasa itu akan aku bungkus dengan senyuman, semuanya 

Karena aku selalu percaya, CINTA masih milik kita, hati kita masih saling mengait, kita masih tetap bersatu dalam hati, kita masih tetap bersama didunia milik kita, yang hanya kita yang tau pintu untuk menuju kesana... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar