Bagaimana waktu dan jarak memaksaku untuk melepaskannya. Inilah
hidup tidak pernah adil, dengan sejuta macam kerumitannya. Rasa sakit adalah hadiah
terbanyak yang dimiliki kehidupan, bagaimana aku dipaksa merelakan hal terindah
yang aku punya. Adilkah saat hal paling berharga dalam hidupmu harus terpaksa kaulepaskan?
Demi hal yang bahkan alasannya tak dapat kamu mengerti sedikitpun.
Aku tahu aku salah, aku tahu aku terlalu bodoh melakukan
kesalahan itu, tapi sesungguhnya alasan itupun terkesan dipaksakan. Aku masih
tidak percaya bahwa alasannya melepaskanku hanyalah karena aku lupa tanggal
jadian kami. Ayolah... Alasan itu
terlalu dangkal untuk orang sepintar dia. kejujuran, hanya itu yang tidak
benar-benar dia berikan padaku, jika saja dia dapat benar-benar jujur tentang
dirinya, jika saja dia dapat benar-benar jujur tentang alasannya melepasku,
mungkin aku takkan sekecewa ini. Aku adalah orang yang dia cintai, namun untuk
hal yang berhubungan dengan aku sekalipun dia tidak bisa jujur?
Aku hanya ingin benar-benar tahu, aku benar-benar ingin
kejujuran darinya, sekalipun kejujuran itu membunuhku lagi, toh selama ini
kematian-kematian sering aku alami, satu kematian lagi takkan memiliki cukup kekuatan untuk membunuhku..
Come On! Aku lebih kuat dari itu. Alasannya melepasku adalah alasannya yang
paling aku tidak bisa terima sampai saat ini. Oke mungkin memang aku salah,
tapi aku rasa bukan kesalahan itu alasannya. Aku ingin alasan yang lebih kuat.
Aku merasa menjadi orang paling bodoh didunia, bagaimana
tidak? Bila dalam semua kebingungan ini dia tidak kunjung memberi jawaban yang
pasti atas apa yang sebenarnya terjadi. Dalam keruwetan ini aku bertahan,
sampai kapan? Sampai aku tidak mampu bernafas, sampai aku tidak punya kekuatan
lagi untuk menopang berat badanku sendiri, sampai tubuh ini dibungkus kain
putih. lemah tergolek tak berdaya. Kapan
hal itu terjadi? Aku sendiri tidak tahu, mungkin besok, lusa, minggu depan,
bulan depan, setahun, dua tahun, lima atau sepuluh tahun, atau tiga puluh tahun
lagi, aku benar-benar tidak tahu. Bagaimana kalau kematianku itu datang lebih
cepat dari yang seharusnya? Bukankah lebih mudah untuknya? Berdoa saja!
Kematian sendiri masih menjadi persoalan, kematian sendiri
masih menyisakan kerumitan yang tidak kalah beratnya. Kematian mungkin bagi
sebagian orang itu jalan terbaik untuk mengahiri konflik batin, namun bagiku
sangatlah berbeda, bahkan kematian tidak dapat membuat kami berada dalam
ketenangan yang damai.
Aku, dia dan dirinya.. tiga kerumitan tersulit yang ada
dihidupku..
Aspek kematian : Aku = A| Dia = B | Dirinya = C
Jika B mati : A akan menderita, mungkin memilih sendiri
selamanya, mengenang A dalam hati dan pikiran, tidak akan pernah rela untuk
melepas B bahkan hanya sekedar ingatan tentang B, A takkan mampu
menghilangkannya. Life Must Go On tapi
akan jadi jasad hidup tanpa jiwa, tanpa arti. Sedang C akan memiliki cukup
kekuatan untuk merelakan semuanya, karena memang C bukan tipe orang yang akan
hancur karena hal ini.
Jika C mati : B akan terluka, menderita, menangis
sejadi-jadinya, hancur, namun masih beruntung,, karena B masih memiliki A. A
akan tetap setia dengan cintanya, menjadi penopang hingga tua. A akan menghibur B, membuat B merelakan C dan
melanjutkan hidupnya. Membahagiakan B, karena A tahu, dia bisa membuat B lebih
bahagia.
Jika A mati : B mungkin akan sedih, B akan merasa kecewa, namun lega, tak akan terlalu hancur. Karena B
tidak sendirian, B akan melanjutkan
hidup bersama C, B tidak akan hancur, tidak akan terlalu menangisi, karena A
bukan hal yang terlalu B inginkan, mungkin B lebih mencintai A, namun A
bukanlah sesuatu yang perlu B perjuangkan. A tidak berarti, jadi tidak masalah
bia A mati. :’)
Aspek A B & C diatas, adalah skema kenyataan pahit yang
tidak dapat dihindari. Bahkan jika aku mati bisa mempermudah jalan dia dan
dirinya dalam melangkah. Betapa sakitnya. Adilkah? Ya Adil bagi dia dan dirinya
tapi bukan aku!
Aku hanya ingin semuanya adil dan sama, jika dia lebih
mencintai aku kenapa lebih memilih dirinya? Jika dia tak ingin aku terluka
& sakit kenapa malah memilih meninggalkan aku? Bukankah jika dia lebih
mencintaiku akan lebih baik jika dia denganku? Jikapun hal ini memberatkan dia,
seharusnya berilah aku kesempatan untuk membuktikan semuanya. Berilah aku
kesempata untuk memperbaikinya, berilah aku kesempatan untuk melakukan sesuatu
yang berarti, bukan malah membunuhku saat aku berada dalam harapan paling
berarti di dalam hidup.
Adilkah?? Tenang kawan.. Hidup ini nyatanya memang tidak
adil Nikmati saja, telan saja....................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar