Surat
Untuk Nay II
Apa
kabar Nay?
Lama sekali aku tidak melihatmu di mimpi-mimpiku, aku
yakin kamu sudah tenang dan baik-baik saja di sana, Semoga. Maaf sudah lama
sejak surat pertamaku, aku tak menulis lagi surat untukmu. Aku disini sekarang
dalam keadaan sehat dan baik-baik saja, ini yang kamu inginkan dariku sekarang
terwujud, aku sekarang baik-baik saja dan bahagia tentunya. Akhirnya Nay
setelah sekian lama kegelisahanku akan rasa sakit itu berhasil aku sembuhkan,
aku memenuhi janjiku padamu.
Perasaanku pada Ninna telah berhasil aku redam, mungkin
memang belum sepenuhnya hilang, kamu tahukan betapa sulitnya menghilangkan
perasaan cinta yang terlampau bercokol dihati, namun setidaknya saat ini luka
itu berhasil aku sembuhkan. Tak ada lagi dendam dan kebencianku pada keadaan
dan masa lalu tentangnya, tak ada lagi sebak, sakit, ataupun perasaan mual dan
tak nyaman itu, perasaanku kini sepenuhnya lega. Aku berhasil merelakannya.
Akhirnya Nay, Akhirnya :)
Kamu
tentu tahu Nay, saat ini aku sedang dalam masa-masa membahagiakan didalam
kehidupan baruku, kamu juga pasti tahu apa penyebabnya, kamu yang paling tahu
karena kamu menyaksikan aku disini, sedang dalam keadaan tersenyum dengan penuh
ketulusan. Iya Nay, kamu benar... Aku menemukan Dia, yang mampu membuat aku tertawa lepas,
menjadi diriku sendiri tanpa rasa malu ataupun takut. Akan aku kenalkan “dia”
padamu secara langsung suatu saat nanti, semoga dia tidak cemburu jika aku
membawanya kepusaramu jika waktunya sudah tepat.
Dia
bernama Achi, aku mengenalnya dari mantan pacarku yang juga merupakan teman
dekatnya, agak sedikit rumit memang
namun ketahuilah Nay, kali ini aku tidak menjalin hubungan dengan orang yang
salah, dan juga tidak berada dalam keadaan yang salah. Aku dan mantanku itu
tidak ada dendam sama sekali kami berteman baik. Hari-hariku selama satu bulan
ini dipenuhi dengan tawa bahagia, kadang juga kesal karena ulahnya yang membuat
aku jengkel namun semakin dia membuatku kesal semakin aku menyayanginya dan tidak
ingin kehilangan dia. Achi bukanlah senja, dia mungkin tidak seindah senja
namun karena dia senja ada, dia adalah penyebab senja mampu hadir disetiap
detik dalam belahan bumi manapun, sekaligus menjadi sebab kenapa matahari
terbit dengan harapan yang baru, karena dia adalah Matahari. Dia adalah
matahariku, matahari pribadiku. Kadang dia juga mampu menjadi langit yang
menurunkan hujan saat terik menerpa dan mampu memberi hangat saat dingin
memeluk rapat.
Dia
tidak sedewasa kamu, diapun tak secantik Ninna, namun dia hangat Nay, dia mampu
membara dan membuat jantungku berdebar berpacu tanpa kendali namun tidak
sedikitpun membuat aku merasakan sakit, dia adalah Dopamine ku. Dia juga mampu
menyejukkan dan meredakan segala ledakan amarah didalam jiwaku, dia menyembuhkan
luka dan perlahan menghapus jejak-jejak luka. Dia membuat aku bernafas lagi,
dia membuat aku mampu menciptakan rasa baru dalam hidupku dia membuat aku
merasa berharga seperti kamu dulu yang membuat aku merasa dibutuhkan,
diinginkan, seperti aku begitu membutuhkannya dan mengiinkan dia ada selamanya
dihidupku.
Aku
berharap dia adalah pencarianku yang terkahir, aku berharap tak akan ada lagi
luka yang terulang, karena aku tak mau lagi mengulang rasa sakit, dan
menyembuhkannya lagi, kamu tentu tahu proses untuk menyembuhkan luka tidaklah
mudah dan membutuhkan waktu yang lama. Begitu bodohnya manusia yang berfikir
bahwa luka dapat sembuh begitu saja, bahwa melupakan itu adalah satu hal yang
tidak membutuhkan waktu, manusia yang seperti itu mungkin manusia yang sudah
tidak memiliki rasa.
Nay,
tak pernah lepas doaku untukmu disela-sela sujudku pada Tuhan. Aku
merindukanmu, sangat. Aku selalu berharap dan berharap kamu berada ditempat
terbaik di sana, kamu adalah pelindung jiwaku yang dengan tulus memelukku dalam
perih, tak peduli seberapa besar penolakanku akan perasaanmu, kamu tetap
mencintaiku dengan tulus, aku mampu merasakannya Nay, meski perasaanku tak
mampu membalasnya. Kamu seperti sahabat terbaik yang aku miliki, meski kini
yang terlihat hanya pusaramu yang basah oleh gerimis disore mendung. Namun
senyummu yang cemerlang itu tak mampu terlupa, tercetak sempurna disenyuman
bocah mungil itu, dia kini sudah bisa tersenyum Nay, bocah cantik itu memiliki
mata yang sama seperti matamu tercetak sempurna diwajahnya. Aku bersyukur masih
bisa melihat bocah itu, kenangan terakhir darimu untuk ayahnya dan utukku, aku
masih tidak habis pikir dengan kegilaanmu menyelipkan mamaku didalam namanya.
Aku merasa benar-benar berharga. Terimakasih Nay, untuk segalanya.
Untuk
doa-doamu tentang kebahagiaanku, kamu selalu bilang “kamu memang telah
menemukan cinta pertamamu, namun aku yakin kamu akan menemukan cinta
terakhirmu, orang yang benar-benar tepat untukmu yang mampu membuat kamu merasa
berarti yang tidak akan pernah tega melukaimu, karena dia adalah ketulusan yang
dibuat khusus untukmu” kata-kata ini sekarang terngiang terus, semoga kali ini
aku bersama orang yang ketulusannya hanya diperuntukkan untukku yang tidak akan
tega melukaiku, karena dia mencintaiku dengan tulus. Karena dia orang yang tepat :)
Sekali lagi terimakasih Nay... Untuk
segalanya... Untuk semua waktu dan kenangan yang kita punya... :')
Happy Valentine's Day.. I miss You,
Bunda...
Kiki Diandra