Aku menatap keluar jendela kereta..
Kota Kediri...
Perlahan menguning semburat pagi..
Kotamu...
Kereta yang mengantarku terhenti..
Sejenak menapak, menatap..
Langit yang menggeliat..
Kesejukkan pagi..
Membangunkan cakrawala..
Menggejolak jiwa dalam raga..
Menatap Indahnya matahari pagi..
Di Kediri.. Kotamu...
Stasiun Kediri, 23 Sept 2013
05:10 WIB detak jantung yang menguat.
Rangkaian Puisi dalam perjalanan
untuk melihatmu..
Sabtu, 28 September 2013
Menujumu..
Menatap kekejauhan..
Menghamparkan pekat..
Sejuta harapan pada esok pagi..
Melihat senyumnya..
Mendengar tawanya yang riuh..
Aku ingin melihat cintaku..
Walau sejenak, sekejap..
Aku ingin melihat kedalam kalbunya...
Masihkah ada tersisa cintanya?
Untukku....
Mungkin aku takkan bertanya..
Mungkin dengan hanya melihatnya..
Aku dapat merasa sejenak bahagia....
Losari, 22 sept 2013
Perjalanan untuk melihatmu
19:05 WIB dalam rindu
Menghamparkan pekat..
Sejuta harapan pada esok pagi..
Melihat senyumnya..
Mendengar tawanya yang riuh..
Aku ingin melihat cintaku..
Walau sejenak, sekejap..
Aku ingin melihat kedalam kalbunya...
Masihkah ada tersisa cintanya?
Untukku....
Mungkin aku takkan bertanya..
Mungkin dengan hanya melihatnya..
Aku dapat merasa sejenak bahagia....
Losari, 22 sept 2013
Perjalanan untuk melihatmu
19:05 WIB dalam rindu
Aku Datang Sayang
Dingin ini menusuk kalbu..
Terbayang senyummu yang kelabu..
Pada dinding putih aku menatap..
Teringat kamu yang aku rindu..
Aku...
Aku datang sebentar lagi..
Berharap kamu menanti disana..
Menyambutku dengan peluk..
Di Peron kosong satu..
Berharap kamu berdiri disana..
Di ujung pintu kereta..
Dengan telapak tangan terbuka..
menyambutku dengan penuh mesra...
Brebes, 22 sept 2013
17:30 WIB saat senja
Terbayang senyummu yang kelabu..
Pada dinding putih aku menatap..
Teringat kamu yang aku rindu..
Aku...
Aku datang sebentar lagi..
Berharap kamu menanti disana..
Menyambutku dengan peluk..
Di Peron kosong satu..
Berharap kamu berdiri disana..
Di ujung pintu kereta..
Dengan telapak tangan terbuka..
menyambutku dengan penuh mesra...
Brebes, 22 sept 2013
17:30 WIB saat senja
Minggu, 15 September 2013
Di dunia milik kita
Tidak akan pernah ada yang bisa membuatku jauh darimu. Tidak
jarak, tidak waktu, tidak juga masa lalu. Aku selalu hidup didalam hatimu,
seperti kamu yang juga selalu hidup didalam hatiku. Rindu yang menyatukan kita,
ketika jarak dan waktu justru membentang jauh dan lebar dihadapan kita. Kini aku
bukan siapa-siapa kamu, seperti kamu yang bukan siapa siapa bagiku, kita memang
bukan lagi dua manusia yang disatukan oleh sebuah pengakuan, namun sesungguhnya
pengakuan tidaklah begitu penting ketika hati telah saling benar-benar bertaut.
Aku mencintaimu, seperti kamu mencintai aku, meski tanpa lisan, meski tanpa
ucapan, meski tanpa kata, namun ikatan yang kita miliki jauh lebih kuat dari
itu semua, ikatan yang kita miliki tidak
sedangkal itu.
Kita masih saling memiliki dalam hati, kita saling bertaut
dalam mimpi, kita saling berpagut dalam lubuk jiwa. Kita adalah kita “Kau dan Aku”
dalam dunia milik kita, yang hanya kita berdua yang tau bagaimana jalan menuju
kesana. Kita memiliki taman bunga kita sendiri, kita memiliki mata air kita
sendiri, kita memiliki rumah kita sendiri, di dunia milik kita. Tak ada
seorangpun yang pernah kesana selain kita berdua, tak akan pernah ada yang
mengerti bahasa cinta kita selain kita berdua. Takkan ada yang pernah tau
bagaimana bentuk dan warna dalam rangkaian pelangi milik kita, tak akan ada yang
melihat bentuk dan jumlah warna indah dalam dunia kita, karena hanya kita
berdualah yang bisa menuju kesana.
Mungkin dunia kita memang disebut dunia mimpi, dunia yang
tercipta karena keadaan, dan paksaan, dunia yang tercipta dibalik semua rasa
sakit, dunia yang muncul saat semua harapan tentang kita telah musnah. Kita pernah
saling menghamburkan kata cinta, kita pernah saling bertukar air mata, kita
pernah saling bergumul dalam kebahagiaan rasa, dan kita tidak pernah rela untuk
meninggalkannya meski yang tersisa hanya tinggal rasa, tanpa kesempatan, tanpa
kenyataan, tanpa harapan untuk kembali terangkai menjadi satu.
Kamu telah memilih, cinta menujukkan kuasa pada dirimu dan
dirinya, tentu saja mesti ada yang dikorbankan, dalam setiap bahagia bukankah
harus ada yang menjadi penopang derita? Meski harus aku orangnya. Aku tidak
akan mempertanyakan “kenapa harus aku?” karena cinta yang memilihku, cinta
telah menusukkan panahnya padaku, menembus bilik jantungku, menimbulkan luka
yang menganga. Namun sungguh aku tidak pernah menyesali atas apa yang menimpaku,
aku justru bersyukur, berkat kamu, berkat dia, atas semua kerumitan yang
terjadi diantara kita, aku mendapatkan pelajaran berharga tentang Cinta yang
sesungguhnya.
Kamu mengajarkan aku bagaimana merelakan, tentang makna
cinta itu sendiri, merelakan orang yang paling dicintai untuk membuat orang itu
lebih bahagia adalah sesuatu yang indah. Dalam hal ini jika ada yang bertanya,
apakah aku benar-benar rela? Jawabannya tentu saja tidak, orang gila mana yang
benar-benar merelakan orang yang paling dicintainya, memilih orang lain?
Ikhlas? Tentang ikhlas itu sendiri, sungguh hanya Tuhan dan diri sendiri yang
tau tentang makna keikhlasan, karena sesungguhnya manusia tidak pernah bisa
ikhlas. Mungkin kata ikhlas dan rela itu dapat diganti dengan kata “belajar
menerima” bahwa tidak semua hal yang kita inginkan dapat kita miliki. Makna
dari cinta itu sendiri adalah memberi, memberikan kebahagiaan bagi orang yang
dicintai adalah wujud cinta yang sesungguhnya. Percayalah aku mencintaimu
dengan segenap jiwa dan ragaku, luasnya jagat raya tidak akan mampu mengukur
besarnya cintaku padamu, aku terlalu, terlampau sangat mencintaimu. Dengan cintaku
yang seluas itu aku memberikan hadiah padamu, aku membebaskanmu dari belenggu
keegoisan cintaku. Hadiahku berupa kebebasan.
Tidak-tidak, bukan aku tidak mencintaimu lagi. Demi Tuhan,
aku akan mencintaimu seumur hidupku, aku akan tetap mencintaimu dengan kepingan
kepingan hatiku yang tersisa, sungguh jika aku bisa memilih, aku ingin tetap
bersamamu seumur hidupku. Seadainya aku masih punya kesempatan itu J namun kenyataan,
keadaan, keputusanmu yang menghentikan langkahku, dan aku tidak dapat
menyangkalnya untuk kembali berlari terseok-seok dengan sisa tenagaku yang
berbalut peluh darah.
Namun cinta memang bukan cinta saja. Cinta bukan sekedar aku,
kamu dan keinginan kita, lebih luas,
cinta adalah mengerti lebih dalam dan melihat lebih dekat, cinta adalah bahagia
melihat kamu tersenyum dan mendengar kamu tertawa meski bukan karena aku. Cinta
adalah memberikan kamu rasa “lega” dan “aman” cinta adalah memastikan kamu
merasa bahagia, bagaimanapun keadaannya.
Menulis ini memang terasa sakit, nyeri, perih, menuliskan
ini memang diiringi air mata, namun semua rasa itu akan aku bungkus dengan
senyuman, semuanya
Karena aku selalu percaya, CINTA masih milik kita, hati kita
masih saling mengait, kita masih tetap bersatu dalam hati, kita masih tetap
bersama didunia milik kita, yang hanya kita yang tau pintu untuk menuju
kesana...
Rabu, 11 September 2013
Tentang Senja dan Kita
Sayangku diandra..
Disini, senja menguning..
Terpadu dalam warna..
Berserat megahnya emas yang bergelut sepi..
Dengan semburat jingga yang kian abadi..
Aku kira senja masih menawarkan Cinta untuk kita...
Disini, senja menguning..
Terpadu dalam warna..
Berserat megahnya emas yang bergelut sepi..
Dengan semburat jingga yang kian abadi..
Aku kira senja masih menawarkan Cinta untuk kita...
Cintaku Ninna...
Senja itu tak selalu terlihat..
Namun dia selalu ada.. Entah dibelahan bumi yang mana..
Namun Dia tetap abadi selamanya, sampai bumi tak berputar..
Seperti senja.. Cinta dan kita tetap ada..
Selalu ada meski tak selalu tampak nyata..
Tetaplah percaya bahwa..........
Aku dan kamu terangkum salam satu kata..
Bernama "CINTA".................
Dalam kenangan..
Dalam ingatan...
Selamanya.......
5/9/13
Label:
Aku,
Dalam Diam,
Dia,
Rindu,
Senja,
Tentang Cinta
Berjuta Maaf Untukmu..
Maafkan aku..
Atas semua rasa cintaku yang terlalu besar untukmu..
Maafkan aku..
Atas cintaku yang menyiksamu..
Maafkan aku..
Untuk semua kata cinta yang setiap hari aku ungkapkan kepadamu..
Maafkan aku atas semua ketulusanku..
Yang membuat semuanya menjadi rumit,
menempatkan dirimu diposisi yang serba salah dan sakit..
Maafkan aku, telah lancang dan berani,
mengukir namamu didalam lubuk hatiku..
Maafkan aku, membuatmu tak nyaman atas rasa Cintaku padamu..
Maaafkan aku,, atas rasa cintaku yang terlalu berlebihan..
Maaf berjuta maaf..
Atas diriku yang belum bisa membuatmu merasa bahagia sedikitpun..
Maaf.. Aku hanya membuatmu terbebani..
Maaf.. Telah menyulitkan hidupmu..
Aku baik-baik saja atau tidak, kamu tidak perlu memikirkannya,
biarlah semua kesakitan yang aku rasakan kutanggung sendiri..
Maafkan aku yang tak tahu diri, menyelip menjadi duri, membuat kita terluka..
Maaf berjuta maaf.. Aku panjatkan padamu, sayangku...
Karena hanya maaf yang bisa aku katakan padamu..
Maafkan aku.....Sayangku.. :')
Kesakitanku
Cinta...
Menghancurkanku dalam berbagai cara, membuatku gelisah,
sedih, kecewa , sakit, perih, terluka, berdarah dan bernanah.
Cinta..
Menggelisahkanku dalam ketiadaan, menyuntikkan rasanya
seperti morfin memaksaku membutuhkannya, mencandukan rasa sakit, membuatku
sekarat, membuatku takut untuk terus hidup, tapi juga takut bila harus mati,
takut kehilangan rasa itu lagi.
Cinta...
Mematikanku dalam kehidupan, dan menghidupkan kematianku,
membuatku putus asa dan tak percaya bahwa kebahagiaan itu ada.
Cinta...
Tanpa aku harus melihat wujudnya, tanpa aku harus menatap
matanya, tanpa aku harus menyaksikan senyumannya yang kurasa sangat
menakjubkan, seperti memimpikan bidadari mungkin, semenakjubkan itu yang
semuanya terbungkus hanya dalam bentuk sebuah mimpi. Mimpi bodoh belaka, mimpi
yang membuat aku berhenti bermimpi, membuat aku membenci bermimpi, membenci
bermimpi tentang cinta.. membenci cinta...
Cinta..
Tanpa aku tahu apa salahku, selalu memcabik-cabik,
merobek-robek hatiku, menginjak-injak harga diriku, menghabiskan seluruh logika
yang ada, mengahncurkan aku.
Cinta..
Pernahkan sekali saja menitikan setetes akhir bahagia?
Bagiku? Untukku? Tak pantaskah aku untuk sebuah cinta? Tak layakkah aku
mendapat sedikit saja bahagia?
Cinta..
Semuanya berakhir dengan rasa sakit, menyesakkan, memuakkan,
memabukkan, membodohkan. Menyakitiku terlalu dalam dan berlebihan. Apa dayaku
Tuhan? Engkau menggariskan padaku sakit yang bertubi-tubi dari waktu kewaktu,
membuat aku berjalan terseok-seok , tertatih dengan letih. Membuatku tersisih,
tersingkir dari kehidupan.
Tuhan..
Tak Kau lihat dengan jelaskah aku sudah mati? Kenapa kau
masih belum juga mengambilku? Kenapa Kau masih belum juga menyelamatkan aku
dari siksa Cinta milik-Mu? Aku sudah menjadi mayat hidup Tuhan, aku sudah tak
punya apa-apa lagi, hati ini mati rasa, tenggelam dalam seribu tangisan, dalam
jutaan tetes air mataku setiap tengah malam. Bukankah lantunan doaku setiap
tengah malam memintamu melepaskaku dari siksa ini?
Tuhan..
Dosaku mungkin terlalu banyak pada-Mu, aku takkan mengelak
bila nKau menghukumku asal jangan yang seperti ini.
Siksaan cintamu membuat aku benar-benar gila Tuhan.. Aku tak mampu
bertahan..............
"SAKIT TERSAKIT YANG TERKOREK LAGI "
Dalam sedih, gelisah tak berujung.....
Sabtu, 07 September 2013
Pagi ini kudengar kata itu lagi..
Pagi ini kudengar kata itu lagi..
kata simpel dan sederhana namun cukup mampu membuatku kembali merasa utuh..
" I LOVE U " dalam hitungan detik itu, mampu membuat aku benar-benar terbangun dari tidur panjang..
Kata yang keluar dari mulutnya tanpa aku meminta membuat aku merasakan kebahagiaan tak terlukiskan..
Apakah dia mengucapkan itu tanpa sadar? Apakah dia mengucapkan itu tanpa sengaja? Ataukah dia memang sengaja mengucapkannya, karena sesungguhnya dia benar-benar tak pernah bisa melepasku, tak pernah rela tepatnya.
Selama ini kurasa dia sudah cukup tertekan, harus menahan perasaanya padaku, namun cinta tetaplah cinta, sayang tetaplah sayang, seribu atau sejuta penyangkalan takkan mampu merubahnya, takkan mampu mengelak dan mendusta.
Cinta tetaplah cinta, seribu kali dia memintaku pergi, sejuta kali dia mencoba menahan cintanya padaku, nyatanya bendungan itu tetap tidak bisa ditahan, akan ada kebocoran-kebocoran disetiap sisinya, meski sedikit demi sedikit, toh air akan tetap menemukan jalan untuk kehilir, untuk menuju tempat yang seharusnya.. tempat yang tepat, seperti hatiku.
Aku kosong tanpa dia, aku tak untuh tanpa dia, aku kehilangan separuh hatiku bila dia tak ada, bukan tidak mungkin dia merasakan hal yang sama, toh pada kenyataannya dia mencintaiku dengan setulus hatinya, hanya saja dia tidak mau benar-benar percaya pada dirinya sendiri.
Cinta tetaplah cinta..
Mau mengelak bagaimana?
Mau mebohongi diri seperti apa?
Mau mencegah bagaimana?
Sesungguhnya hati adalah organ tubuh yang tak pernah bisa kita kedalikan.
Hati bisa merasa cinta tanpa bisa diatur.. Hati itu di Luar Kuasamu Sayang.. :))
Jujurlah pada dirimu sendiri bahwa kamu mencintaiku..
Jujurlah pada dirimu sendiri bahwa kamu butuh aku..
Toh pada kenyataannya Aku masih disini untukmu..
Aku masih setia padamu..
Aku masih mencintaimu dengan rasaku yang sama seperti yang dulu, seperti pertama kali mencintaimu..
Tak pernah berubah dan takkan mampu berubah..
Aku Tetap Mencintaimu selalu dengan setulus-tulusnya hatiku...
I LOVE U.. ALWAYS..
I'll Always Love You.. In every single second.. In every single day..
I'll Always Love You every moment.. Forever.. :*
(┎'o')┎ Lo + (┌','┐) Gue = (ʃƪ˘⌣˘)♡♥(´⌣`ʃƪ) cinta
Kamu yang paling aku cinta dihidupku
N.A. (8 sept 2013)
By Diandra.. ..
Cinta.. Memang tak pernah adil :')
Bagaimana waktu dan jarak memaksaku untuk melepaskannya. Inilah
hidup tidak pernah adil, dengan sejuta macam kerumitannya. Rasa sakit adalah hadiah
terbanyak yang dimiliki kehidupan, bagaimana aku dipaksa merelakan hal terindah
yang aku punya. Adilkah saat hal paling berharga dalam hidupmu harus terpaksa kaulepaskan?
Demi hal yang bahkan alasannya tak dapat kamu mengerti sedikitpun.
Aku tahu aku salah, aku tahu aku terlalu bodoh melakukan
kesalahan itu, tapi sesungguhnya alasan itupun terkesan dipaksakan. Aku masih
tidak percaya bahwa alasannya melepaskanku hanyalah karena aku lupa tanggal
jadian kami. Ayolah... Alasan itu
terlalu dangkal untuk orang sepintar dia. kejujuran, hanya itu yang tidak
benar-benar dia berikan padaku, jika saja dia dapat benar-benar jujur tentang
dirinya, jika saja dia dapat benar-benar jujur tentang alasannya melepasku,
mungkin aku takkan sekecewa ini. Aku adalah orang yang dia cintai, namun untuk
hal yang berhubungan dengan aku sekalipun dia tidak bisa jujur?
Aku hanya ingin benar-benar tahu, aku benar-benar ingin
kejujuran darinya, sekalipun kejujuran itu membunuhku lagi, toh selama ini
kematian-kematian sering aku alami, satu kematian lagi takkan memiliki cukup kekuatan untuk membunuhku..
Come On! Aku lebih kuat dari itu. Alasannya melepasku adalah alasannya yang
paling aku tidak bisa terima sampai saat ini. Oke mungkin memang aku salah,
tapi aku rasa bukan kesalahan itu alasannya. Aku ingin alasan yang lebih kuat.
Aku merasa menjadi orang paling bodoh didunia, bagaimana
tidak? Bila dalam semua kebingungan ini dia tidak kunjung memberi jawaban yang
pasti atas apa yang sebenarnya terjadi. Dalam keruwetan ini aku bertahan,
sampai kapan? Sampai aku tidak mampu bernafas, sampai aku tidak punya kekuatan
lagi untuk menopang berat badanku sendiri, sampai tubuh ini dibungkus kain
putih. lemah tergolek tak berdaya. Kapan
hal itu terjadi? Aku sendiri tidak tahu, mungkin besok, lusa, minggu depan,
bulan depan, setahun, dua tahun, lima atau sepuluh tahun, atau tiga puluh tahun
lagi, aku benar-benar tidak tahu. Bagaimana kalau kematianku itu datang lebih
cepat dari yang seharusnya? Bukankah lebih mudah untuknya? Berdoa saja!
Kematian sendiri masih menjadi persoalan, kematian sendiri
masih menyisakan kerumitan yang tidak kalah beratnya. Kematian mungkin bagi
sebagian orang itu jalan terbaik untuk mengahiri konflik batin, namun bagiku
sangatlah berbeda, bahkan kematian tidak dapat membuat kami berada dalam
ketenangan yang damai.
Aku, dia dan dirinya.. tiga kerumitan tersulit yang ada
dihidupku..
Aspek kematian : Aku = A| Dia = B | Dirinya = C
Jika B mati : A akan menderita, mungkin memilih sendiri
selamanya, mengenang A dalam hati dan pikiran, tidak akan pernah rela untuk
melepas B bahkan hanya sekedar ingatan tentang B, A takkan mampu
menghilangkannya. Life Must Go On tapi
akan jadi jasad hidup tanpa jiwa, tanpa arti. Sedang C akan memiliki cukup
kekuatan untuk merelakan semuanya, karena memang C bukan tipe orang yang akan
hancur karena hal ini.
Jika C mati : B akan terluka, menderita, menangis
sejadi-jadinya, hancur, namun masih beruntung,, karena B masih memiliki A. A
akan tetap setia dengan cintanya, menjadi penopang hingga tua. A akan menghibur B, membuat B merelakan C dan
melanjutkan hidupnya. Membahagiakan B, karena A tahu, dia bisa membuat B lebih
bahagia.
Jika A mati : B mungkin akan sedih, B akan merasa kecewa, namun lega, tak akan terlalu hancur. Karena B
tidak sendirian, B akan melanjutkan
hidup bersama C, B tidak akan hancur, tidak akan terlalu menangisi, karena A
bukan hal yang terlalu B inginkan, mungkin B lebih mencintai A, namun A
bukanlah sesuatu yang perlu B perjuangkan. A tidak berarti, jadi tidak masalah
bia A mati. :’)
Aspek A B & C diatas, adalah skema kenyataan pahit yang
tidak dapat dihindari. Bahkan jika aku mati bisa mempermudah jalan dia dan
dirinya dalam melangkah. Betapa sakitnya. Adilkah? Ya Adil bagi dia dan dirinya
tapi bukan aku!
Aku hanya ingin semuanya adil dan sama, jika dia lebih
mencintai aku kenapa lebih memilih dirinya? Jika dia tak ingin aku terluka
& sakit kenapa malah memilih meninggalkan aku? Bukankah jika dia lebih
mencintaiku akan lebih baik jika dia denganku? Jikapun hal ini memberatkan dia,
seharusnya berilah aku kesempatan untuk membuktikan semuanya. Berilah aku
kesempata untuk memperbaikinya, berilah aku kesempatan untuk melakukan sesuatu
yang berarti, bukan malah membunuhku saat aku berada dalam harapan paling
berarti di dalam hidup.
Adilkah?? Tenang kawan.. Hidup ini nyatanya memang tidak
adil Nikmati saja, telan saja....................
Langganan:
Postingan (Atom)