Rabu, 12 Maret 2014

Surat Untuk Nay III

Nay... 
Aku harus gimana? Baru saja kemarin aku memujinya, merasakan hal yang membahagiakan. Sekarang tiba-tiba dia ingin aku mencari orang lain, dia memintaku memidahkan perasaanku kepada orang lain, aku bukan orang gila, tidak mungkin rasanya aku memindahkan perasaanku begitu saja, tidak mungkin rasanya aku bisa menghilangkan perasaanku dengan cepat. Achi memberikan aku harapan yang baru, dia membuat aku ceria, membuat aku bersinar, membuat aku lupa tentang rasa sakit. 

Namun kini dia mengatakan bahwa dia di minta orang tuanya untuk menikah dengan orang yang dijodohkan dengannya, dia bilang orang itu temannya semasa kecil. Demi Tuhan aku sangat kecewa aku tidak mungkin berlaku egois dengan menghalanginya Nay, jika dia menginginkan hal itu, jika dia bisa bahagia aku tak bisa mencegahnya. Dia bertanya padaku apakah aku bisa menunggunya beberapa tahun? Aku memiliki keyakinanku, aku mempercayai apa yang aku yakini bahwa aku bisa melakukannya. Namun dengan dalih bahwa dia tidak ingin aku menderita, dan menunggunya terlalu lama dia memintaku melupakannya. 

Hampir dua bulan aku bersamanya Nay, memang belum lama namun dalam waktu sesingkat itu dia mampu merubahku, aku pernah bilang bahwa Achi mengubahku jadi orang yg kuat dan tegar, jadi orang yg tertawa lepas tanpa beban. Jadi orang yang punya ekspresi. selama dua bulan Achi mengajarkan aku bahwa hidup ini tentang tertawa dan bahagia, bukan hanya tentang sakit dan sedih. Namun apa yang terjadi membuat aku kualahan menghadapinya. 

Kamu yang paling tahu Nay, bahwa hal yang paling aku takutkan di dunia ini adalah, ditinggalkan, dan yang paling aku benci adalah dicampakkan, disia-siakan. Dia menanyakan hal ini padaku Nay, dia bertanya, hal apakah yang bisa membuat aku membeci seseorang? Aku hanya terdiam aku bingung harus menjawab apa, aku takut dia akan melakukannya Nay, dia bertanya lagi apakah aku membenci penghianatan? Apakah aku benci di selingkuhi dan diduakan? Aku berteriak dalam hati AKU MEMBENCI ITU SEMUA! Meski aku hanya terdiam dan mengunci mulutku rapat-rapat. Aku tidak ingin dia melakukannya demi aku. Aku tak ingin dia berbuat bodoh hanya demi agar aku melepaskannya dan menghilangkan perasaanku. Jika dia bertekat untuk menuruti kemauan orang tuanya, aku tidak akan menghalanginya.

Dia bertanya berkali-kali apakah aku mau menunggunnya, berkali-kali pula aku jawab IYA, namun hal itu tidak bisa meyakinkannya. Manusia memang selalu berubah, dia bilang bagaimana jika perasaanku berubah? Keadaan mungkin merubah pola pikirku, sikapku dan sudut pandangku, namun tidak perasaanku. Perasaanku padamu, perasaanku pada Ninna, masih tetap sama seperti dahulu, yang berubah adalah cara berfikirku tentang keadaan yang mana yang mungkin dan yang mana yang tidak. Jikapun aku seandainya sekarang di suruh memilih dan dihadapkan diantara dua pilihan antara Ninna atau Achi, tentu aku akan memilih Achi, meski Ninna mengingikan aku kembali (dan bagusnya tidak), karena aku tidak mau menghadapi segala kemungkinan rasa sakit yang terulang, Ninna memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk bisa melalukan kesalahan yang sama dengan menyakitiku lagi, meski kini Achi melakukan hal yang hampir serupa tapi mungkin yang dilakukan Ninna lebih menyakitkanku. 

Aku hanya tidak habis pikir, mengapa setiap kali aku berada di titik membahagiakan rasa sakit tiba-tiba menyerangku, masalah pelik dan keadaan kemudia berbalik, berubah arah, Kamu Nay, Ninna dan Achi kalian bertiga entah disengaja atau tidak mengecewakanku dan menyakitiku dengan cara yang hampir sama. Menjatuhkanku saat aku berada dalam titik paling membahagiakan saat bersama kalian. Aku benar-benar tidak mengerti dengan semua permainan takdir yang sekarang terjadi. 

Aku tidak mudah berubah, terutama tentang perasaanku. Aku bisa menunggu selama yang Dia inginkan jika Achi memintanya. Meski aku dihantui ketakutan bahwa dia akan berubah. Aku sangat tahu bagaimana seorang anak merubah seseorang, aku telah melihatnya melalui Irman. Aku melihat bagaimana anakmu merubah cara pandang Irman terhadapku, aku telah melihat bagaimana anakmu membuang semua kebencian Irman padaku. Inilah yang aku takutkan terjadi pada Achi. Perubahan. Orang tuanya pasti menuntutnya untuk memberikan mereka keturunan, dan aku takut faktor anak akan merubah niat Achi yang semula akan menjalani pernikahan sementara dan kembali padaku, dan kemudian dia berubah dengan tetap bertahan dipernikahannya karena dia tidak mau anaknya tumbuh dalam keluarga yang tidak lengkap. Aku takut waktu merubah perasaan Achi padaku, meski sekarang dia mengatakan tidak mencintai orang itu, namun kebersamaan kadang bisa merubah perasaan seseorang.

Meski begitu jika dia memintaku untuk menunggunya, aku akan menunggunya selama yang dia mau. Namun kenapa sekarang dia malah menawarkan hal yang konyol dengan menawarkan aku untuk dicarikan penggantinya oleh dia. Bodoh dan Konyol. Memangnya manusia itu barang yang bisa diganti bila hilang dan rusak. memangnya hati dan perasaanku ini bisa dipindahkan begitu saja, semudah membalikan telapak tangan? Achi, mengapa dia begitu bodoh ya Nay? 

Aku tidak mengerti dengan semua ini, kenapa keadaan selalu tidak berpihak padaku. Kenapa kejadian yang sama berlulang lagi dan lagi? Aku sedih Nay, aku ingin berhenti berlari, aku ingin berhenti dan mengakhiri semuanya. Aku ingin berhenti saja menjalin hubungan, aku lelah terus-terusan merasakan sakit. Yang aku punya hanya Ketulusan dan kesetiaan, aku sedih saat semua itu tidak cukup membuatku layak untuk bahagia bersama orang yang aku cintai. Aku MUAK Nay. 

Maafkan aku Nay, aku mengeluh padamu saat aku dalam keterpurukan. Kamu kan tahu aku tak memiliki siapa-siapa lagi yang bisa aku ajak berbagi ceritaku. Kamu orang yang paling tahu dan mengerti bagaimana aku, kamu tetap tulus menyayangiku hingga saat ini, bahkan saat kamu sudah tak ada didunia ini, kamu tetap hadir untuk memelukku dan menenangkankan aku saat aku dalam kesedihan meski hanya lewat mimpi. Terimakasih banyak Nay.. Aku selalu sayang kamu.......... 



kiki diandra





Tidak ada komentar:

Posting Komentar