Minggu, 02 Maret 2014

Selamat Pagi Jenong..



Selamat pagi..  Jenong.. :’)

Terbangun pagi ini dalam kungkungan mimpi..

Entah apa arti mimpi semalam, tak ingin aku artikan. Debaran jantung terlampau cepat membuat sesak dadaku, bukankah seharusnya rindu ini tak pernah lagi terpatri. Mimpi seharusnya hanya mimpi, tak memberi banyak arti ketika kita sudah bukan kita lagi, aku telah memiliki dia kamupun telah kembali padanya, namun apakah sakit yang tiba-tiba muncul tanpa aku inginkan ini patut untuk aku hiraukan? 

Aku selalu dan selalu mencoba membalut semua luka dengan senyum, mencoba menyembuhkannya secepat aku mampu, namun rekaman gambarmu dalam ingatanku, selalu terputar begitu saja tanpa aku minta, di setiap aku melihat. Bukankah itu lebih menyakitkan dari sekedar tahu bahwa takdir tengah mempermainkan aku dengan  mengirimkan kamu dalam catatan suram hidupku? 

Aku tak pernah memilih untuk terluka atau menyimpan rasa sakit, aku tak pernah mau menelan pahit kenyataan, aku selalu berusaha melawan takdir bila itu menyakitkan. Salahkah aku saat aku menyangsikan Tuhan yang setiap hari aku sembah dengan penuh ketulusan. Aku tak ingin pasrah menerima begitu saja, karena aku bukan orang yang seperti itu. Aku menemukan matahari setelah senja hitam kelabu yang diguyur hujan deras dalam nyanyian rindu pilu dan sesak.

Kini matahari itu telah berubah membakarku dengan perih yang berbeda, tidak dingin seperti senja mendung, tidak beku seperti senja kelam, Namun panas seperti tersiram bara. Aku mempertanyakan kepada Tuhan, apakah aku tidak layak bahagia? Aku mencintai Tuhanku meski aku tidak sempurna, dan nakal karena kadang melanggar perintahnya. Apakah aku seterkutuk itu? Mungkin memang aku adalah jelmaan dari kaum yang Tuhanku benci, namun dalam setiap cipataan bukankah ada maksud didalamnya? Aku lebih baik papah tanpa rasa, tidak perlu merasakan sakit dan mempertanyakan mengapa aku tidak bisa bahagia seperti orang-orang yang aku cintai?

Dulu aku ingin menjadi penyebab atas kebahagiaanmu, aku ingin menjadi orang yang kamu inginkan, aku ingin kamu membutuhkan aku karena kamu tulus mencintaiku. Seperti kini aku ingin dia menulis kisah baru bersamaku tanpa perlu bumbu pedas masa lalu. Aku tidak ingin tahu bagaimana orang-orang dari masalalu membahagiakan orang yang aku cintai, aku hanya ingin bisa membagi bahagia bersama, tanpa perbandingan. Kamu dan dia selalu bilang aku tidak sebaik masalalu kalian. Aku bukanlah orang-orang dari masalalu, aku adalah masa kini, aku tidak ingin dibandingkan. Aku tidak peduli kalau aku tidak lebih baik dari masa lalu kalian, aku hanya ingin kalian bahagia, aku selalu berusaha membuat kalian bahagia dengan caraku sendiri. Aku tidak segan berjuang, apapun yang kalian minta akan berusaha aku kabulkan, namun apakah ketulusan tidaklah cukup untuk bisa membuat aku layak bahagia? Apakah aku harus benar-benar jahat dan egois? 

Aku tidak bisa menjadi cukup egois dengan memaksa kalian bertahan bersamaku, ketika aku tidak cukup mampu memenuhi kehausan jiwamu dan jiwanya. Aku ingin kalian bahagia, bersamaku atau dengan orang lain, aku selalu mengatakan hal ini, aku selalu berusaha rela dan iklas. Namun entah mengapa perih dalam hati ini tak dapat aku tampik. 

Kamu yang setelah aku ikhlaskan pergi, tetap tidak bisa hilang dari ingatanku, kamu yang selalu mengatakan hanya dia yang bisa membuat kamu bahagia, dan aku paksakan diriku untuk menerima kenyataan, aku paksakan diriku untuk bangun dari dunia mimpi. Aku bukan yang terbaik untukmu dan kamu tidak cukup baik untukku, setelah kenyataan ini terpapar dengan sangat jelas tetap tak mampu menampik rinduku yang tetap kadang tiba-tiba menyergap. Aku tak pernah lagi berusaha mencari apapun tentang kamu, aku berusaha untuk bisa bahagia dengan dia yang kini aku miliki. Semua itu tidak cukup kuat menahan goncangan jiwaku, ingatan tetantang kamu masih melekat dan kisahku dengannya kini dihantui ketakutan akan rasa sakit yang berulang. 

Aku rindu kamu dalam kelelahan, dalam kebobrokan jiwaku, dalam rongsokan hatiku yang terbakar hebat. Aku selalu tulus dalam menyayangi, berusaha membuat kamu bahagia sekuat aku bisa, berusaha membuat dia bahagia semampu yang bisa aku lakukan. Namun apakah aku tidak cukup layak untuk bersama orang yang aku sayang. Aku selalu diragukan. 

Aku sangat ingin bisa berbicara lagi denganmu, bertanya padamu apa yang harus aku lakukan dengan yang kini aku hadapi, sedang aku tahu kamu takkan pernah mau lagi bicara denganku. Aku sangat ingin mengeluh padamu, Nay telah pergi, sahabat-sahabatku tidak mau aku ajak bicara tentang dunia kita, aku ingin menangis dan mengadu padamu, karena hanya kamu satu-satunya  yang paham bagaimana aku dan cara berfikirku. Aku hanya ingin mengeluh sebentar saja padamu, tentang dirinya yang kini aku cintai, tapi aku tahu kamu takkan pernah mau mendengar keluhanku. Aku hanya ingin jadi riku yang tidak berpura-pura tegar dan kuat sejenak saja, padamu. Karena aku tahu hanya kamu yang mampu membaca bagaimana aku. Hanya di hadapanmu aku tidak bisa berpura-pura.  Maukah kamu? Ya aku tahu, kamu takkan pernah mau.....



Kiki Diandra....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar