Senin, 14 April 2014

Dan Yang Terjadi



Dan Yang Terjadi
Mencari jawaban atas semua pertanyaan yang terus berkecamuk didalam hati dan pikiranku yang kalut, adalah hal teremosional yang pernah aku alami, kehawatiran terus-menerus menghuni batinku. Semua kemarahan itu, semua emosi itu aku simpan dikedalaman hatiku sendiri, berharap tak ada yang dapat membacanya, tak ada yang dapat menyelaminya. Aku tak berharap orang, siapapun itu dapat mengerti hatiku atau jalan pikiranku, aku sendiri menilai jalan pikiranku ini terlalu ruwet untuk dipahami. Hhh!! orang bodoh dengan jalan pikiran yang sulit dipahami. 
Aku sendiri kadang tidak bisa menduga apa yang dapat dihasilkan oleh pikiranku, dan nantinya keyakinan-keyakinan baru akan muncul. Aku takut keyakinan baru itu dapat merusak semua keyakinan lamaku yang rasional, aku sendiri semakin menyadari bahwa pikiran-pikiran baruku selalu berada dalam frekuensi yang irasional. Aku merasa takut akan hal itu, aku membutuhkan keberanian untuk bisa lebih tabah menerima perubahan yang begitu besar didalam hidupku. Ini sebuah kenyataan yang harus bisa aku kendalikan secepatnya, aku tak ingin bila pemikiran-pemikiranku yang penuh dendam meledak begitu saja tanpa peringatan terlebih dahulu, menggebu-gebu dan penuh emosi.
Aku semakin tepojok dalam dunia yang asing antara mimpi dan kenyataan, antara angan dan realita. Aku takut nantinya aku semakin terlarut dalam dimensi yang seperti ini, hingga aku tak mampu membedakan mana yang mimpi dan mana yang nyata. Aku takut tak bisa membedakan antara dunia mimpi dan dunia nyata, atau aku takut tak bisa menerka sedang diamanakah aku berada, dunia mimpi atau dunia nyata.
Perubahan besar dalam hidupku yang dipenuhi oleh rasa sakit  membuat cara pandangku akan sesuatu hal ikut berubah menjadi rancu dan sempit. Aku sendiri terus menerus berada dalam kebingungan akan apa yang tengah terjadi dalam hidupku. Perubahan demikian besar terjadi dalam hidupku saat aku berada dalam keadaan tidak siap, aku dibuat kalut dan bingung dengan keadaan baru ini yang membuat aku bimbang dan merasa tersesat di dunia yang  tidak aku kenal. 
Kelemahanku semakin terlihat, aku berharap aku tidak menangis dalam menghadapi kenyataan, walaupun sebenarnya rasa sakit ini sungguh sulit untuk ditepiskan, sungguh tak tertahankan. Kenapa harus seperti ini?? Kenapa harus cinta yang menyakitiku begitu dalam, kenapa cinta justru menjadi penyebab atas semua kekalutanku dan ketidak rasionalan pikiranku?? Kenapa cinta yang harus merubahku menjadi orang yang berbeda? menjadi orang yang tidak bahagia!?
Dan dulu sebelum rasa sakit itu muncul, sebelum aku ditinggalkan oleh cinta, sebelum cinta meminumkan racunnya padaku. Aku begitu bahagia dengan semua kepolosan jiwaku, aku bahagia menjadi si bengal yang nakal, aku bahagia menjadi si bodoh yang tidak mengenal cinta, dan menganggap cinta hanya menjadi milik orang dewasa yang tidak perlu dipedulikan, tidak perlu dipikirkan. Aku bahagia dengan datangnya hujan dan aku dapat bermain ditengah hujan dengan berlari-lari tanpa takut terjatuh dan basah, aku bahagia melihat matahari pagi bersinar yang dapat kusapa dengan memicingkan mata setiap kali melihatnya, aku bahagia menjadi diriku yang dulu, diriku yang kanak-kanak, diriku yang bau matahari.
Aku bahagia menjadi diriku yang dulu, diriku sebelum aku mengenal cinta. aku yang polos adalah aku yang melanggar semua perturan tanpa rasa malu. Aku yang dulu adalah aku yang mengejek orang dewasa yang menagisi cinta yang hilang, aku yang dulu adalah aku yang mengolok-olok cinta tanpa beban, dan menertawakan tingkah mereka yang dewasa saat mereka tiba-tiba menjadi linglung dan bodoh saat jatuh cinta.
Namun satu hal yang tidak aku perhatikan kala itu, bahwa suatu saat aku dapat berubah menjadi dewasa, bahwa suatu hari aku juga akan mengalami hal yang sama seperti yang dialami orang-orang dewasa, ketika aku berubah menjadi dewasa. Hal ini yang paling aku sesali karena aku tak dapat melakukan persiapan apapun sebelumnya. Hal ini terabaikan begitu saja. Dan betapa terkejutnya aku sewaktu semua yang aku tertawakan kemudian menimpaku, mengahancurkanku tanpa ampun.
Aku dihancurkan perlahan-lahan dari dalam, paru-paruku seperti terbakar, dan semua berubah menjadi kepekatan yang hampa. Merasa kehilangan namun  tak mengerti apa yang hilang, merasa ditinggalkan namun tak mengerti kenapa bisa tiba-tiba meninggalkan, merasa marah dan tak tahu ditujukan pada siapa. Ingin menyalahkan namun tak mampu menyalahkan. Bagai mana bisa menyalahkan yang sulit untuk disalahkan, sulit untuk marah, sulit untuk mencaci, ketika orang yang membuatmu terluka parah adalah orang yang paling kau cintai, orang yang paling kau kasihi, bagaimana kau bisa marah jika satu-satunya orang yang berusaha mematikanmu adalah orang yang selama ini berusaha kau lindungi sepenuh jiwamu. Bagai mana kau bisa marah kalau dialah orang yang tanpa nafasnya kau tak bisa hidup? Bagai mana kau bisa menyalahkannya jika orang yang membuatmu sakit adalah orang yang demi dia kau rela melakukan apa saja?? 
Kemarahan berkumpul didalam hatimu, mengendap dan membeku didalam jiwamu. Membuatmu merasa terbakar, membuat tulang-tulang dan sendi-sendimu ngilu, kadang membuatmu sangat mual dan tersiksa. Kemarahan seperti ini, kemarahan yang sulit untuk dilampiaskan, kemarahan itu pula sulit untuk diredam. Kemarahan yang hanya tersimpan didalam kepala, hanya tertumpuk didalam hati. Tak ada pelampiasan, tak ada gerakan, tak ada suara. Kemarahan yang hanya berupa makian-makian, teriakan-teriakan kecil didalam hati. Sakit? Ya!! Sampai kadang membuat membuatku sulit untuk bernafas, sesak, perlahan-lahan mengahancurkan, mengikis, sedikit demi sedikit. Rasanya seperti seseorang meneteskan air garam diatas lukamu, tetes demi tetes akan terasa seperti terbakar saat tetesan itu tidak kunjung berhenti. Ingin berlari, pergi menghindar, melarikan diri dari rasa sakit kenyataan. Namun bagaimana bisa kau melarikan diri jika kakimu ditahan?
Entah siapa yang yang menahan, entah bagaimana menahannya aku tak mengerti. Namun jika yang menahanmu adalah orang yang kamu cintai sekaligus orang yang menyakitimu, akankah kamu mampu berlari? Akankah kamu mampu pergi! Sekalipun dia tak pernah bisa mencintaimu, sekalipun dia berpaling darimu. Namun jika dia menahanmu untuk melihatnya bahagia dengan cintanya yang  dia temukan, dan ironisnya cinta itu bukanlah dirimu mampukah  kamu mengatakan tidak, jika dia yang memintamu mendampinginya? Menjadi sahabat sejatinya.
Sejauh ini aku selalu mengatakan tidak untuk semua rasa sakit itu, namun kadang aku memberikan sedikit kelonggaran untuk rasa sakitku. Kadang aku mengatakan ya, kadang juga kukatakan tidak. Aku setia mendampinginya dihari-hari bahagianya sebagai sahabatnya, sebagai mantan kekasih yang dijadikan sahabat. Hhh!! Sahabat bagaimana? Lalu inikah wujud cinta itu!?? 
Banyak orang mengatakan bahwa cinta adalah hal yang tidak bersifat memiliki. Bahwa kebahagiaan orang yang kita cintai adalah hal paling utama sebagai wujud dari mencintai. BULLSHIT!! Aku berkorban begitu banyak untuknya lalu kenapa aku tak boleh menjadi egois?? Aku berbuat banyak untuknya lalu kenapa aku harus melepaskannya?? Apakah dosa besar jika aku egois?? jika aku ingin memilikinya, jika aku ingin mendapat balasan yang sepadan atas semua hal yang telah mati-matian aku korbankan untuk cinta bodoh ini??
Demi Tuhan!! Aku ini hanya manusia biasa dengan segala keterbatasan, dan keegoisan. Lalu kenapa harus aku yang berkorban!!?? Kenapa tidak dia? Kenapa tidak mereka? Kenapa aku yang harus berbuat adil kepada orang yang yang aku cintai sementara dia tak bisa berbuat satu kebaikan kecil saja padaku, dengan tidak memintaku untuk menjadi sahabatnya?? Jadikan saja aku musuhnya!! Jadikan saja aku musuhmu wahai cintaku, aku mohon.
Sehingga aku mampu untuk membencimu, dan aku mampu untuk pergi jauh dengan semua kebencianku tanpa rasa bersalah apapun karena telah membencimu. Aku mohon bencilah aku cintaku. Agar aku dapat membencimu dengan penuh kemarahan dan aku bisa mencurahkan semuanya melalui kemarahan itu, aku bisa berteriak sekencang-kencangnya bahwa aku membencimu!! Mungkin dengan begitu keadaan akan lebih baik untukku, mungkin semuanya akan terasa adil jika kamu mampu membuatku membencimu sedikit saja.
Jangan jadikan aku sahabatmu cintaku, jika kamu telah berpaling pada hati yang lain. Aku bukan malaikat yang mempunyai kebaikan yang super, aku bukan malaikat yang tidak memiliki rasa sakit. Aku hanya manusia yang sangat biasa-biasa saja. Hingga bila kamu menggoreskan sedikit luka saja, rasa perihnya akan terasa dan tak hilang hingga bertahun-tahun. Sungguh akan lebih mudah jika aku bisa membencimu. Jika aku membencimu aku hanya perlu marah tanpa harus menangis, aku hanya perlu pergi tanpa harus merasa memiliki beban berat yang tertinggal, aku hanya perlu marah dan pergi.
Seandainya aku  bisa pergi begitu saja, dan memulai kehidupanku yang baru akan sangat mudah bagiku untuk meneruskan hidupku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar