Tak Ingin Lagi Mengejar Matahari
Dear Nay...
Saat ini aku sedang tersenyum kecut, melihat kenyataan yang tak kunjung berpihak padaku. Mungkin aku memang belum seberuntung itu, aku belum cukup layak untuk benar-benar menemukan dan memiliki cintaku. Entahlah nay, tentang cinta itu sendiri aku pikir aku sudah cukup lelah untuk terus memperjuangkannya, aku lelah berlari dan aku ingin berhenti.
Dia tidak mencintaiku Nay, Dia tidak mencintaiku. Achi tidak pernah mencintaiku. Kamu tahu aku masih tetap bodoh, dengan ketulusan dan cinta yang aku punya. Cinta untukku adalah sebuah kebodohan. Kemarin aku pernah merasa bahagia bersamanya, dia membuat aku tersenyum dengan lepas dan tulus, dia membuat aku menjadi diriku sendiri tanpa kepura-puraan. Namun sayangnya selama ini dia berpura-pura.Sulit bagiku untuk mencerna semua ini aku masih berada dalam kebingungan, aku kehilangan arah.
Aku lelah Nay, lelah sekali. dalam kurun waktu sangat cepat rasa sakit beberapa bulan ini membuat otakku berfikir sangat lambat, rindu yang berubah jadi pilu. Sakitnya, perihnya, pedihnya, bercampur menjadi satu, dan aku harus tetap tersenyum agar terlihat normal. Aku tertawa terlalu keras, tawa itu sebuah kebodohan. Rasa perih yang terus berusaha aku tutupi seolah tak terjadi apapun toh pada kenyataannya tak mampu aku bendung. Aku tak ingin terlihat sedih, tak mau terlihat menderita dan lemah, meski kadang akhirnya membludak juga dalam butiran air mata setelah tawa riuh itu.
Aku tidak baik-baik saja Nay, maafkan aku. Saat ini yang paling aku butuhkan adalah pelukanmu, usapan lembutmu dipipiku, dan kecupan tulusmu dipuncak kepalaku. Pelukkan kamu paling mampu menenangkan aku, dan kini semua itu tidak ada lagi, aku sendirian.
Kebodohanku Nay, membuat rasa sakit yang sama selalu terulang berkali-kali, akupun tak mengerti aku tak bisa berubah jadi kejam. Aku selalu berlari mengejar yang jauh diujung langit sana, mengejar matahari, mengejar senja, mengejar isi semesta. Aku selalu berusaha membahagiakan orang lain, meski aku sendiri merasakan kesakitan. Aku terluka oleh senja, aku terbakar oleh matahari dan aku berusaha membalut luka saat hujan turun, SENDIRIAN.
Kamu mungkin bintangku, selalu muncul dalam kesepian-kesepian sunyi tengah malam. Dan kini aku rindu kamu menyelimutiku saat aku telah lelah menangis. Seperti dulu, saat aku terkulai lemah dipelukkanmu, setelah tangisan hebat karena senja yang tiba-tiba menghilang, masih aku rindu caramu menyelimutiku yang masih sesenggukan, masih aku ingat erat lenganmu yang melingkar di tubuhku saat kamu menenangkan aku dari tangisku yang tak kunjung berhenti hingga pagi. Kini semua itu takkan pernah ada lagi. Hanya tinggal kenangan yang tersisa dipelupuk mataku dan terekam indah dalam benakku.
Kini aku tak punya cukup kekuatan lagi untuk berlari sendirian Nay, mengejar matahari yang jauh mengabaikanku, dan hanya menghadiahkan terik setelah kesejukan pagi yang sesaat. Aku ingin benar-benar berhenti, dan saat inipun aku tak mampu merasa, aku tak bisa lagi mengecap rasa. Aku mati rasa.
Aku tak mampu lagi berlari Nay, aku kehabisan tenaga, kelelahan yang sangat luar biasa. Matahari itu semakin panas membakar kulitku yang kesakitan, membuat rasaku mati dalam kekalahan. Sementara senja yang selalu muncul dan tetap berusaha menghilang ditelan kegelapan.
Aku berhenti berlari...
By: Diandra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar