Selasa, 01 Oktober 2013

Inilah Rasa



 Tak ada satupun kata yang mampu terucap, ketika karunia Tuhan nyata-nyatanya berada didepanku. Aku tatap sepanjang malam wajahnya dengan seksama, polos, tenang, bersinar. Wajah inilah yang selama beberapa bulan ini aku rindu, wajahmu yang dulu hanya dapat kusaksikan melalui foto dua dimensi, kini aku dapat menyentuhnya, mengecup kelopak matanya. Sepanjang malam pertama ku dengannya, aku terus menatap wajahnya yang tertidur dengan pulas, menikmatinya hingga malam-malam berikutnya. Nafasnya yang tenang dan teratur, kadang tersengal oleh mimpi entah apa, kadang tersenyum oleh keindahan dunia mimpinya atau apa, namun yang pasti aku takkan pernah bosan menyaksikannya tidur, aku takkan pernah lelah menjaganya dari satu malam ke malam-malam berikutnya. 

Ketika matanya terbuka ditengah malam, matanya menangkapku tengah menikmati wajahnya, nyalang penuh pertanyaan, lalu dia bertanya “kenapa kamu belum tidur?” aku hanya terpaku, tergagap, tersenyum padanya yang dibalas dengan pelukkan hangat. 

Memeluknya, dulu itu hanya sebuah ilusi mimpi, dengan jarak dan waktu yang membentang terlampau jauh diantara kami, memeluknya adalah satu hal termustahil yang aku harapkan untuk mampu terwujud. Namun nyatanya, tekat yang kuat mengalahkan segala hambatan fisik. Dengan keras hatiku yang tak tergoyahkan, akhirnya aku benar-benar bisa memeluknya, merasakan setiap hangat yang menguar dari tubuhnya, mendekapnya dengan penuh kasih, membelainya tiada henti. Moment itu, detik itu juga dalam pelukkannya aku ingin waktu benar-benar berhenti, agar aku bisa terus memeluknya, aku ingin pagi tidak pernah datang, biarlah malam itu menjadi abadi agar semua keindahan ini tidak akan pernah berakhir.

Sungguh, hari itu aku merasa sangat lelah oleh perjalanan hampir 18 jam, namun kenyataannya, semua lelah, semua letih, semua peluh, tiada berarti ketika aku benar-benar menatap kedalam matanya, semuanya luruh ketika aku mendekapnya. Senyumnya senyum terindah yang pernah aku saksikan, tatapannya, tatapan terhangat yang pernah menatap mataku. Melihatnya membuat aku benar-benar terpaku. Dia dengan wajah yang biasa-biasa saja, namun memiliki daya tarik luar biasa, membuat aku meleleh. Berada didekat tubuhnya adalah hal yang tak ingin aku lepaskan, ingin selamanya berbaring disana bersamanya, dikasur kecil berwarna pink, dikamar berukuran kecil bernuansa merah jambu dan putih susu. Bercanda bersama, saling mengungkap rasa, menggelitik pinggang dengan mesra, bermain game jari bersama-sama, saling tertawa, saling bercanda, saat itu kalau aku ditanya, “pernahkah kamu sebahagia itu sepanjang perjalanan hidupmu?” jawabannya adalah “tidak” sepanjang eksistensiku, hari-hari itu adalah hari-hari dimana aku merasakan kebahagiaan tak terhingga. Kebahagiaan yang pertama kali membuat aku benar-benar meledak oleh rasa rindu yang menggebu.

Dan saat pagi tiba kebahagiaanku lengkap dengan dia disampingku, tersenyum manis padaku, mengecup keningku dengan hangat, kecupan paling tulus di pagi sejuk itu. Membawaku kedalam kedamaian tiada terkira. Menghirup wangi tubuhnya yang hangat dipagi hari, kengecup balik keningnya dengan penuh kasih membuat hatiku menggelembung begitu besar, hampir membuncah membuatku merasa bahagia. Inilah rasa yang selama ini aku cari, inilah rasa yang selama ini aku rindukan, rasa membuncah tak terkira, meski dalam kerumitan yang tak biasa, namun inilah yang aku sebut sebagai bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar