Tanggal 4 dibulan ke 4
Aku masih tetap menyimpan rasa yang sama, dengan asa yang telah
tiada. Semua harapan dan impian telah musnah, dihapus waktu dari hatimu, aku
masih tersenyum dengan secuil kenangan yang tersimpan dipikiranku, aku masih
merindu dalam mimpi tentangmu yang terselip disela-sela tidurku. Kini aku rindu
pada suaramu yang sumbang dan manja, waktu mengaburkan segalanya tapi tidak
kamu, kamu masih tetap hidup didalam ingatan, membekas dan berkubang tak kering
ditelan terik penuaan.
Aku masih tetap rindu wajahmu kala tertidur, aku masih tetap rindu
matamu yang bening, aku masih tetap rindu senyummu yang tertahan dan perlahan,
kini aku bukan kamu, kamu bukan aku, kita bukanlah kita, kita telah tiada. Aku tak
lagi berharap tentang kamu, tentang aku, tentang kita yang telah sirna, dari dunia mimpi kita. Jarak,
waktu, dan kesempatan, hanyalah sebuah delusi dalam ruang imaji perih tak
terperi.
Aku tetap berada dalam kosong, sendiri menujuk bintang yang aku sukai, melihat senja yang sekejap
datang lalu hilang, aku masih tetap mencintai senja, aku masih tetap mencintai
kamu. Rinduku padamu adalah peluk dari jarak dan ruang yang berbeda, jauh tak
dirasa hanya ada dalam doa. Rinduku padamu adalah rindu yang tak satu orangpun mengerti,
tidak juga kamu. Sedu-sedan suara tangismu yang bercampur bising suara kaki
kereta, masih jelas ditelingaku, seperti baru kemarin berlalu. Akankah rindu
ini tersampaikan padamu yang tak lagi peduli akan bagaimana aku nanti? Adakah hati
ini bisa lagi merasakan getar jantungmu yang berdetak tepat disebelah
jantungku? Adakah satu pelukan lagi dan kecupan hangat saat kita tertidur
mesra? Adakah satu kesempatan lagi, untuk kita bermain permainan kanak-kanak
dan kita menjadi kekanak-kanakan dalam kebodohan yang manis? Adakah kesempatan
satu kali lagi kamu menjitak kepalaku dengan dengan tanganmu yang halus dan
penuh kasih?
Dengan lantang kata “TIDAK” berteriak dengan sangat keras tepat
dikedua telingaku, dengan lantang dan keras kenyataan menaparku, melemparku
kedalam dunia nyata, menyuruhku yang masih mabuk, untuk segera sadar dari dunia
mimpiku yang indah. Kamu.
Sampai detik ini aku masih merasakan perasaan yang sama padamu,
padahal sudah jutaan kali aku mencoba menghilangkannya, mencoba melupakanmu,
mencoba menghilangkan kamu dari hatiku, namun kamu tak mampu sirna, meski aku
telah mati-matian mencobanya. Aku telah berlari begitu jauh, aku telah mencoba
mengasingkan diri dan mencoba menata kembali hatiku yang telah tak berbentuk, hanya
kepingan yang tersisa. Aku tak mampu melupakan kamu apalagi membencinmu, aku
tak mampu menghapusmu. Dalam hujan aku berdiri, berlalri-lari kecil merasakan
tiap tetesnya, dalam butiran air yang tertangkap jemariku terlukis wajahmu
bening sejernih butiran hujan. Dalam sujudku pada Tuhan, terbayang senyummu yang menawan, meski aku tak pernah
berusaha untuk mengingatmu, dalam dada masih tersisa sebak, sesak, dalam sengal
nafas yang kuhela masih bertasbihkan
namamu. Dizikir kusebut nama Tuhan, bayangmu bekelebatan dalam ingatan,
tertidur aku perlahan dalam sajadah merah basah penuh rembesan air mata.
Tanggal 4 di bulan
ke 4
Masih tetap rasa yang sama, rindu yang semakin tampak nyata, mimpi
dan ilusi yang semakin sulit untuk dibedakan dengan kenyataan. Sayang dan cinta yang masih begitu besar dan
jarak yang semakin melebar, waktu yang terus menerus berputar dan aku yang
selalu tetap tegar bersabar, mencoba menerima satu keadaan yang belum mampu aku
relakan bernama Kenyataan.
By: Diandra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar