Minggu, 01 Desember 2013

Aku, Kamu dan Kereta











Aku, kamu dan kereta
 
Akhirnya waktuku dengannya benar-benar habis, waktu yang singkat, indah, melekat dalam ingatan. Aku berharap setelah hari ini, aku aku bisa melanjutkan hidupku dengan lebih baik. Sore yang terakhir, aku ingin sekali memeluknya untuk terakhir kalinya, namun dia terlalu takut untuk melakukan itu didepan stasiun.  Keretaku menunggu dengan sombongnya, waktu memaksaku untuk segera beranjak dari hadapannya. Aku sadar kami tak punya banyak waktu lagi untuk bersama, aku harus kembali ke kehidupanku begitu pula dia, aku memandangnya membisu tak sanggup pergi , sekuat tenaga ku tahan air mataku agar tak memecahkan tangis, aku tak ingin menangis dihadapannya. 

Waktu terus bergerak maju, segera ku rogoh kantung celanaku, aku serahkan secarik kertas lusuh bercampur bercak tetesan airmataku, berisi perasaanku yang tak mampu aku katakan padanya, semua pesanku untuknya agar dia  menjaga dirinya sendiri, ungkapan sayang dan cintaku yang begitu besar padanya, dan rasa terimakasih karena dia telah menjagaku selama aku disini.

Aku bergeming dihadapannya  menggenggam erat tangannya, tak mampu beranjak. Menatap lekat wajahnya yang tersenyum sayu, sepertinya wajah itu hendak menahan ledakan emosi dan tangis. Aku membalas senyumnya, tangannya membimbingku untuk segera beranjak pergi, kuserahkan tiket keretaku kepada petugas pemeriksaan, dengan gugupnya aku menjatuhkan barang-barangku, tanganku bergetar hebat aku benar-benar tak ingin pergi, tak ingin semua ini berakhir, kebersamaanku dengannya. Ku jabat tangannya untuk terakhir kalinya, dikecupnya pipiku sekilas, cepat dan singkat, dia melepaskan genggaman tangaku.

Tangisku tak mampu kutahan saat kulewati pagar pembatas antara pengantar dan penumpang kereta, aku menatap wajahnya terakhir kali yang tersenyum penuh ketulusan, melambaikan tanganku padanya dan berlalu pergi, saat wajahnya tak lagi terlihat, tangisku benar-benar pecah. Dadaku sesak terhimpit, dan aku menangis dikursi penumpang, didekat jendela. Tak aku pedulikan tatapan orang-orang yang keheranan dengan tangisanku, aku tak dapat menahannya lagi saat perlahan keretaku mulai berjalan meninggalkan kota Malang yang penuh kenangan. 

Engkau meraih hatiku dan mematahkannya ribuan kali, namun aku tak mampu membencimu.  Aku selalu berharap bahwa jalan hidupmu dan hidupku akan berubah nantinya, dan kita simpan semua kenangan ini. Aku akan berhenti menangisi semua ini dan aku minta kaupun tak menangis, tegarlah kamu sekuat karang-karang dilautan.

 Dan aku sangat tahu aku pasti akan merindukan semua hal bodoh yang pernah kita lakukan, tersenyumlah, legakan aku yang tetap masih merindukanmu, ini saatnya aku harus benar-benar mengerti. Kereta ini akan membawaku pergi jauh, dan bila aku sampai disana, tak akan ada lagi Kita.

 Selamat tinggal sayang.... :')



Malang, 27 September 2013
With love, Diandra..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar