Selasa, 31 Desember 2013
Surat Untuk Nay..
Morning the last December on 2013.
Besok tahun akan berganti, aku harap semuanya akan berjalan lebih baik dari tahun 2013 yang penuh rasa sakit. Apa kabar kamu Nay? Bagaimana keadaanmu disana? Belakangan ini aku sering bertemu kamu di mimpi, tapi kamu tak bicara apapun padaku, hanya tersenyum padaku dan memelukku begitu erat. Tak bahagiakah kamu disana? Melihat kecemasan dimatamu aku jadi bertanya-tanya apakah kamu baik-baik saja?
Aku berharap kamu tenang disana Nay, aku berharap Tuhan menempatkan kamu ditempat terbaik-Nya. Kalau kamu mencemaskan aku, aku katakan padamu aku baik-baik saja, kamu tidak perlu mencemaskanku, aku hanya sedang berusaha bangkit dari ketepurukanku Nay. Aku kangen kamu, kangen sekali, dulu aku merasa bisa melewati semua ini lebih mudah karena kamu selalu ada untukku kapanpun aku butuh kamu, mungkin sekarang semuanya sedikit berbeda karena aku harus menghadapai semuanya sendirian, tapi aku yakin akan bisa melewati ini semua dengan baik. Kamu telah menjadi sahabat terbaikku disisa hidupmu, kamu telah menyayangi dan mencintaiku dengan tulus, lebih dari siapapun yang pernah mencintaiku. Keadaan memang membuat semuanya menjadi rumit, maafkan aku Nay, maaf aku tak bisa membalas lagi cintamu bahkan disaat-saat terakhir kita bertemu, ketika kamu mengatakan padaku kamu masih mencintaiku. Kamu mungkin sangat tahu kalau hatiku sudah terpaut kepadanya yang jauh disana, meski nyatanya orang itu telah menyakitiku begitu rupa, dan telah menyia-nyiakan aku sampai aku merasa sangat tak berharga, dan sekali lagi kamu mengatakan padaku bahwa aku sangat penting untukmu, aku berharga untukmu.
Aku kangen kamu Nay, kangen sekali. Aku bingung harus bercerita tentang semua masalahku kepada siapa, aku bingung harus berkeluh kesah kepada siapa lagi, dan kamu tahu kalau mereka yang menyebut diri mereka sahabatku, selalu tidak ada setiap kali aku butuhkan. Terlebih saat aku jujur pada mereka bahwa aku berbeda. Mereka seolah menjaga jarak denganku, padahal kamu tahu kan Nay seleraku seperti apa? :) aku tak mungkin jatuh cinta pada mereka yang tidak membuat mataku ingin menatap dan tidak membuat hatiku bergejolak sedikitpun. Kamu selalu bilang seleraku bagus dalam memilih pasangan, bahkan diawal aku menceritakan padamu bahwa aku jatuh cinta pada orang yang bahkan belum aku temui, kamu berkata bahwa aku memiliki feeling yang tidak pernah salah bahwa orang itu pasti bukan orang yang biasa-biasa saja, dia harus Double Extra Ordinary. Kamu pun Double Extra Ordinary Nay, Triple malah :))
Harusnya aku jatuh cinta padamu--Lagi-- yah. Seharusnya. Namun nyatanya cinta tidak sesimpel itu, aku terlanjur jatuh cinta pada dia yang akhirnya menyakitiku begitu dalam dan aku belum mampu melupakkannya. Dapatkah?. Kamu bilang aku pasti bisa melakukannya. Tenanglah kamu disana Nay, karena aku sedang berusaha melakukannya sekuat tenaga.
Kamu tahu Nay, aku sudah melihat anak itu, bocah itu cantik sekali, aku harap dia secantik kamu. Aku masih bingung ketika ayahnya memberitahu nama bocah mungil itu, kenapa kamu menyematkan namaku dibelakang namanya Nay? Aku hampir benar-benar tesedak mendengarnya. Apakah Ayahnya tahu kalau nama itu adalah namaku? Dia bilang nama itu adalah pilihanmu, dan jantungku berdetak keras ketika aku mendengarnya, kamu benar-benar gila. Namun aku senang Nay, ternyata ayah bocah itu tidak marah lagi padaku, aku tidak melihat raut dendam diwajahnya ketika dia menatapku, tidak seperti dulu yang seperti hendak menelanku bulat-bulat, wajahnya kini penuh ketenangan, meski terselip kesedihan disana, kini dia lebih dewasa, aku lega melihatnya, ketika dia menggendong anakmu, seolah dia sedang menatap hal yang paling bersinar didunia. Dia memang bersinar Nay, anak itu merubah semuanya.
Kini kamu tidak perlu lagi mencemaskan apapun, tidak perlu mencemaskan aku atau siapapun, aku hanya sendang berusaha menyesuaikan diriku, aku hanya sedang mencoba kuat, sedang berusaha lagi dan lagi merelakan semuanya, merelakan dan menerima Dia yang jauh disana dan telah bahagia bersama orang yang dia inginkan, dan sedangn berusaha menerima, mengikhlaskan bahwa kamu telah bahagia di sisi-Nya. Aku sayang kamu Nay.. Sayang sekali :')
Senin, 23 Desember 2013
Aku, Kamu, Dia, Kita.
Hey.. Apa kabar?
Hhhhmmm...
Belakangan ini aku selalu bingung untuk menulis, aku tidak tahu apa yang harus aku tulis. Lagi pula aku juga sudah kelihangan pembaca setiaku, Kamu dan -- Dia. Aku benar-benar bingung dan kehabisan inspirasi untuk menulis kata-kata bagus, tapi bagusnya adalah aku sudah tidak mahir lagi membuat kata-kata galau, sedih dan mendayu-dayu.. :)
Satu kemajuan berarti dalam hidupku, entahlah, aku sebut ini kemajuan atau kemunduran, saat aku merasa hatimu benar-benar membatu, mati rasa. Belakagan ini banyak sekali aku bertemu orang-orang, mereka memberikan aku pengalaman-pengalaman baru yang menarik. Mereka cantik, dan hatiku tidak merasakan apapun!? Hey hatiku ini sudah benar-benar membatu kah? Aku bertanya sekali lagi, tapi memang belakangn ini aku tidak bisa merasakan apapun. Aku membenci harapan dan mimpi, karena kedua hal tersebut terasa tidak realistis belakangan ini.
Mungkin aku mati rasa, karena saat melihat photomu, aku tidak menagis seperti sebulan yang lalu. Mungkin aku mati rasa karena aku tak mengingikan kamu lagi seperti sebulan yang lalu yang begitu sesak. Sesak itu kini menghilang berganti kehampaan yang aneh. Tidak, tidak sakit ataupun sesak, tapi gamang, kosong. Aku tidak merasakan menginginkan kamu, dia, mereka atau siapapun juga, ada yang merayuku dengan berbagai macam cara dan aku tetap merasa tidak tertarik. Entahlah, aku tidak tertarik pada semua hal tentang perasaan. Satu-satunya perasaan yang kadang melintas dibenakku adalah perasaan mual aneh, yang membuat kepalaku sakit luar biasa bila tak sengaja teringat padamu atau melihat photomu.
Aku tidak tahu apakah ini disebut move on, lupa, atau mati rasa. Tapi rasa ingin dan butuh, yang seperti dulu menghilang begitu saja. Hanya terkadang sedikit sesak aneh yang tertinggal untuk sebab yang tidak aku mengerti. Entahlah.. Aku tak mengerti dengan semua yang aku rasakan, namun sekarang ini perasaan cinta dan kasih tidak berarti banyak bagiku. Aku terlalu mencintai diriku untuk dikorbankan pada satu hal yang menimbulkan rasa nyeri yang mereka sebut Cinta Kasih dan sayang.
Aku ingin sedikit menceritakan padamu, Kamu dapat salam dari Almarhumah Tante.. :') beberapa hari setelah pembicaraan terakhir kita di telepon. Aku bertemu dengannya, aku tercengang dengan wajah cantik itu. Entah mengapa wajah itu besinar putih cemerlang, dan aku merindukan dia saat itu, benar-benar rindu, entah mengapa bisa begitu, padahal saat itu dia ada didekatku. Kami banyak bicara, mengobrol panjang tentang banyak hal termasuk kamu. Dia minta aku untuk bahagia, apapun yang terjadi, dia memohon, bahkan setengah memaksa, untuk berjanji padanya, berjanji untuk melupakan kamu dan untuk benar-benar bahagia. Dia bilang "Kamu harus bahagia sayang, Apapun yang terjadi, Janji yah" Aku hanya mengangguk kaku, bingung dengan sikapnya yang aneh. Dia memelukku begitu erat, mengecup puncak kepalaku, dan mengelus pipiku dengan tatapan aneh, aku merasakan getaran kasih yang begitu besar kala itu darinya, Dia orang yang sangat berbeda, tidak seperti orang yang kekanak-kanakan seperti yang selama ini aku kenal.
Saat dia bertanya bagaimana kabarmu, aku bilang, "Dia baik-baik saja, akan selalu baik-baik saja." "kamu baik-baik saja ?" "aku tidak apa-apa nda" jawabku dengan lantang. "relakan dia, sayang, bunda bakal merasa tenang kalau kamu bisa lepas darinya" Aku hanya mengangguk sambil mempererat genggaman tanganku. Aku memandangi perutnya yang menggembung, besar dan tubunya pun membesar dengan kecantikan yang lebih memancar. Entah mengapa.
Aku bilang padanya, bulan Desember kamu berulang tahun, aku ingin memberikan sesuatu padamu, dia tesenyum, dia bilang kado terbaik untukmu adalah, "Melupakanmu" dan melepasmu dari hatiku. Dia bilang kalau suatu saat aku sudah melupakanmu dan bila takdir mempertemukan aku dengan kamu suatu saat nanti, dia ingin aku, menyampaikan Rasa Terimakasihnya padamu, karena telah mendewasakan aku.
Aku mengantarnya pulang dengan kebingungan yang aneh, aku menatapnya sampai dia masuk kedalam rumahnya, terpaku didepan pintu gerbang besar itu, hari itu hari terberat dalam hidupku seperti melepaskan sesuatu yang sangat berharga dari dalam hidupku. beberapa hari setelah aku bertemu dengannya, aku dikabari kalau telah dia melahirkan banyinya, namun Dia tidak selamat. Dia Meninggalkan kami semua. Meninggalkan aku yang menangis sejadi-jadinya dipusaranya, sendirian saat proses pemakaman berakhir dan semua orang telah pulang. sampai senja tiba aku baru sanggup melangkah pulang.
Yang aku ingat betul dari kata-kta terkhirnya tentangmu "kalau kamu punya kesempatan, bilang sama dia, Makasih udah bikin sayangnya aku jadi orang yang lebih baik, jadi orang yang lebih cair gak kaku kayak es batu, dan jadi orang yang lebih peduli, sama orang yang disayang" dia juga menitipkan, ucapan Happy B'day padamu, jika aku memiliki kesempatan untuk mengucapkannya suatu saat nanti. Aku hanya bisa tersenyum padanya.
by; kiki diandra...
*Maaf Bunda, aku hanya bisa menyampaikan
pesanmu disini... karena Mungkin tidak akan
pernah ada lagi "suatu saat nanti"*
Hhhhmmm...
Belakangan ini aku selalu bingung untuk menulis, aku tidak tahu apa yang harus aku tulis. Lagi pula aku juga sudah kelihangan pembaca setiaku, Kamu dan -- Dia. Aku benar-benar bingung dan kehabisan inspirasi untuk menulis kata-kata bagus, tapi bagusnya adalah aku sudah tidak mahir lagi membuat kata-kata galau, sedih dan mendayu-dayu.. :)
Satu kemajuan berarti dalam hidupku, entahlah, aku sebut ini kemajuan atau kemunduran, saat aku merasa hatimu benar-benar membatu, mati rasa. Belakagan ini banyak sekali aku bertemu orang-orang, mereka memberikan aku pengalaman-pengalaman baru yang menarik. Mereka cantik, dan hatiku tidak merasakan apapun!? Hey hatiku ini sudah benar-benar membatu kah? Aku bertanya sekali lagi, tapi memang belakangn ini aku tidak bisa merasakan apapun. Aku membenci harapan dan mimpi, karena kedua hal tersebut terasa tidak realistis belakangan ini.
Mungkin aku mati rasa, karena saat melihat photomu, aku tidak menagis seperti sebulan yang lalu. Mungkin aku mati rasa karena aku tak mengingikan kamu lagi seperti sebulan yang lalu yang begitu sesak. Sesak itu kini menghilang berganti kehampaan yang aneh. Tidak, tidak sakit ataupun sesak, tapi gamang, kosong. Aku tidak merasakan menginginkan kamu, dia, mereka atau siapapun juga, ada yang merayuku dengan berbagai macam cara dan aku tetap merasa tidak tertarik. Entahlah, aku tidak tertarik pada semua hal tentang perasaan. Satu-satunya perasaan yang kadang melintas dibenakku adalah perasaan mual aneh, yang membuat kepalaku sakit luar biasa bila tak sengaja teringat padamu atau melihat photomu.
Aku tidak tahu apakah ini disebut move on, lupa, atau mati rasa. Tapi rasa ingin dan butuh, yang seperti dulu menghilang begitu saja. Hanya terkadang sedikit sesak aneh yang tertinggal untuk sebab yang tidak aku mengerti. Entahlah.. Aku tak mengerti dengan semua yang aku rasakan, namun sekarang ini perasaan cinta dan kasih tidak berarti banyak bagiku. Aku terlalu mencintai diriku untuk dikorbankan pada satu hal yang menimbulkan rasa nyeri yang mereka sebut Cinta Kasih dan sayang.
Aku ingin sedikit menceritakan padamu, Kamu dapat salam dari Almarhumah Tante.. :') beberapa hari setelah pembicaraan terakhir kita di telepon. Aku bertemu dengannya, aku tercengang dengan wajah cantik itu. Entah mengapa wajah itu besinar putih cemerlang, dan aku merindukan dia saat itu, benar-benar rindu, entah mengapa bisa begitu, padahal saat itu dia ada didekatku. Kami banyak bicara, mengobrol panjang tentang banyak hal termasuk kamu. Dia minta aku untuk bahagia, apapun yang terjadi, dia memohon, bahkan setengah memaksa, untuk berjanji padanya, berjanji untuk melupakan kamu dan untuk benar-benar bahagia. Dia bilang "Kamu harus bahagia sayang, Apapun yang terjadi, Janji yah" Aku hanya mengangguk kaku, bingung dengan sikapnya yang aneh. Dia memelukku begitu erat, mengecup puncak kepalaku, dan mengelus pipiku dengan tatapan aneh, aku merasakan getaran kasih yang begitu besar kala itu darinya, Dia orang yang sangat berbeda, tidak seperti orang yang kekanak-kanakan seperti yang selama ini aku kenal.
Saat dia bertanya bagaimana kabarmu, aku bilang, "Dia baik-baik saja, akan selalu baik-baik saja." "kamu baik-baik saja ?" "aku tidak apa-apa nda" jawabku dengan lantang. "relakan dia, sayang, bunda bakal merasa tenang kalau kamu bisa lepas darinya" Aku hanya mengangguk sambil mempererat genggaman tanganku. Aku memandangi perutnya yang menggembung, besar dan tubunya pun membesar dengan kecantikan yang lebih memancar. Entah mengapa.
Aku bilang padanya, bulan Desember kamu berulang tahun, aku ingin memberikan sesuatu padamu, dia tesenyum, dia bilang kado terbaik untukmu adalah, "Melupakanmu" dan melepasmu dari hatiku. Dia bilang kalau suatu saat aku sudah melupakanmu dan bila takdir mempertemukan aku dengan kamu suatu saat nanti, dia ingin aku, menyampaikan Rasa Terimakasihnya padamu, karena telah mendewasakan aku.
Aku mengantarnya pulang dengan kebingungan yang aneh, aku menatapnya sampai dia masuk kedalam rumahnya, terpaku didepan pintu gerbang besar itu, hari itu hari terberat dalam hidupku seperti melepaskan sesuatu yang sangat berharga dari dalam hidupku. beberapa hari setelah aku bertemu dengannya, aku dikabari kalau telah dia melahirkan banyinya, namun Dia tidak selamat. Dia Meninggalkan kami semua. Meninggalkan aku yang menangis sejadi-jadinya dipusaranya, sendirian saat proses pemakaman berakhir dan semua orang telah pulang. sampai senja tiba aku baru sanggup melangkah pulang.
Yang aku ingat betul dari kata-kta terkhirnya tentangmu "kalau kamu punya kesempatan, bilang sama dia, Makasih udah bikin sayangnya aku jadi orang yang lebih baik, jadi orang yang lebih cair gak kaku kayak es batu, dan jadi orang yang lebih peduli, sama orang yang disayang" dia juga menitipkan, ucapan Happy B'day padamu, jika aku memiliki kesempatan untuk mengucapkannya suatu saat nanti. Aku hanya bisa tersenyum padanya.
by; kiki diandra...
*Maaf Bunda, aku hanya bisa menyampaikan
pesanmu disini... karena Mungkin tidak akan
pernah ada lagi "suatu saat nanti"*
Jumat, 06 Desember 2013
Senja dan seutas Cinta
Kamu bilang aku senja bukan?
Sadarkah kamu, kalau senja itu abadi, namun tidak bisa terlalu lama kamu lihat?
Sekuat apapun aku berusaha terlihat lebih lama dimatamu,
Tetap akan menghilang dari padanganmu. Begitulah senja.
Aku tidak hanya ingin menjadi senja yang hanya bisa sekejap kamu lihat,
Aku ingin menjadi Pusat tata suryamu. Bintangku.
Aku lelah hanya menjadi Senja redup yang gelap,
Meskipun kamu sangat menyukainya. Aku ingin kamu menjadikanku, planet pribadimu.
Aku tidak hanya ingin kamu memandangku sekejap,
Lalu pergi untuk meninggalkanku sendiri dalam gelap.
Aku ingin kamu menginginkanku.
Sadarkah kamu, ketika sore hari mendung datang,
Dan hujan mengguyur, tak akan ada senja kemerahan?
Yang ada hanya kegelapan yang basah.
Sadarkah kamu, ketika kamu hanya menjadikanku, Senja yg begitu kau sukai,
Kamu hanya menjadikan senja sebatas pelega dahaga dari kehausan jiwamu?
Aku rindu kamu, aku rindu merindukanmu,
Aku rindu menjadi senja yang kau singgahi setiap waktu dibelahan bumi yang berputar.
Namun rindu itu kini tak akan aku katakan padamu sayangku,
Karena aku tau, rindumu bukan lagi untukku.
Aku biarkan kamu bahagia dengannya :)
Inilah cintaku, Cinta yang tidak memaksamu,
Cinta yang tulus dari hatiku untukmu,
Cinta yg tetap mampu mencintaimu, meski kau tidak begitu.
Taukah kamu, cinta adalah membiarkan kamu memilih,
Dan merelakan kamu bahagia bersama orang yang kamu inginkan, cintaku. :')
Aku masih memiliki rasa yang sama seperti dahulu aku merasakan getar itu,
Namun aku tetap tidak akan memaksamu bertahan bersamaku.
Karena memaksamu bertahan bersamaku, akan membuatmu menderita,
Sedang aku ingin kamu selalu bahagia. Bagaimanapun, dengan siapapun.
Rabu, 04 Desember 2013
Tanggal 4 dibulan ke 4
Tanggal 4 dibulan ke 4
Aku masih tetap menyimpan rasa yang sama, dengan asa yang telah
tiada. Semua harapan dan impian telah musnah, dihapus waktu dari hatimu, aku
masih tersenyum dengan secuil kenangan yang tersimpan dipikiranku, aku masih
merindu dalam mimpi tentangmu yang terselip disela-sela tidurku. Kini aku rindu
pada suaramu yang sumbang dan manja, waktu mengaburkan segalanya tapi tidak
kamu, kamu masih tetap hidup didalam ingatan, membekas dan berkubang tak kering
ditelan terik penuaan.
Aku masih tetap rindu wajahmu kala tertidur, aku masih tetap rindu
matamu yang bening, aku masih tetap rindu senyummu yang tertahan dan perlahan,
kini aku bukan kamu, kamu bukan aku, kita bukanlah kita, kita telah tiada. Aku tak
lagi berharap tentang kamu, tentang aku, tentang kita yang telah sirna, dari dunia mimpi kita. Jarak,
waktu, dan kesempatan, hanyalah sebuah delusi dalam ruang imaji perih tak
terperi.
Aku tetap berada dalam kosong, sendiri menujuk bintang yang aku sukai, melihat senja yang sekejap
datang lalu hilang, aku masih tetap mencintai senja, aku masih tetap mencintai
kamu. Rinduku padamu adalah peluk dari jarak dan ruang yang berbeda, jauh tak
dirasa hanya ada dalam doa. Rinduku padamu adalah rindu yang tak satu orangpun mengerti,
tidak juga kamu. Sedu-sedan suara tangismu yang bercampur bising suara kaki
kereta, masih jelas ditelingaku, seperti baru kemarin berlalu. Akankah rindu
ini tersampaikan padamu yang tak lagi peduli akan bagaimana aku nanti? Adakah hati
ini bisa lagi merasakan getar jantungmu yang berdetak tepat disebelah
jantungku? Adakah satu pelukan lagi dan kecupan hangat saat kita tertidur
mesra? Adakah satu kesempatan lagi, untuk kita bermain permainan kanak-kanak
dan kita menjadi kekanak-kanakan dalam kebodohan yang manis? Adakah kesempatan
satu kali lagi kamu menjitak kepalaku dengan dengan tanganmu yang halus dan
penuh kasih?
Dengan lantang kata “TIDAK” berteriak dengan sangat keras tepat
dikedua telingaku, dengan lantang dan keras kenyataan menaparku, melemparku
kedalam dunia nyata, menyuruhku yang masih mabuk, untuk segera sadar dari dunia
mimpiku yang indah. Kamu.
Sampai detik ini aku masih merasakan perasaan yang sama padamu,
padahal sudah jutaan kali aku mencoba menghilangkannya, mencoba melupakanmu,
mencoba menghilangkan kamu dari hatiku, namun kamu tak mampu sirna, meski aku
telah mati-matian mencobanya. Aku telah berlari begitu jauh, aku telah mencoba
mengasingkan diri dan mencoba menata kembali hatiku yang telah tak berbentuk, hanya
kepingan yang tersisa. Aku tak mampu melupakan kamu apalagi membencinmu, aku
tak mampu menghapusmu. Dalam hujan aku berdiri, berlalri-lari kecil merasakan
tiap tetesnya, dalam butiran air yang tertangkap jemariku terlukis wajahmu
bening sejernih butiran hujan. Dalam sujudku pada Tuhan, terbayang senyummu yang menawan, meski aku tak pernah
berusaha untuk mengingatmu, dalam dada masih tersisa sebak, sesak, dalam sengal
nafas yang kuhela masih bertasbihkan
namamu. Dizikir kusebut nama Tuhan, bayangmu bekelebatan dalam ingatan,
tertidur aku perlahan dalam sajadah merah basah penuh rembesan air mata.
Tanggal 4 di bulan
ke 4
Masih tetap rasa yang sama, rindu yang semakin tampak nyata, mimpi
dan ilusi yang semakin sulit untuk dibedakan dengan kenyataan. Sayang dan cinta yang masih begitu besar dan
jarak yang semakin melebar, waktu yang terus menerus berputar dan aku yang
selalu tetap tegar bersabar, mencoba menerima satu keadaan yang belum mampu aku
relakan bernama Kenyataan.
By: Diandra
Minggu, 01 Desember 2013
Aku, Kamu dan Kereta
Aku, kamu dan kereta
Akhirnya waktuku dengannya benar-benar habis, waktu yang singkat,
indah, melekat dalam ingatan. Aku berharap setelah hari ini, aku aku bisa
melanjutkan hidupku dengan lebih baik. Sore yang terakhir, aku ingin sekali
memeluknya untuk terakhir kalinya, namun dia terlalu takut untuk melakukan itu
didepan stasiun. Keretaku menunggu
dengan sombongnya, waktu memaksaku untuk segera beranjak dari hadapannya. Aku
sadar kami tak punya banyak waktu lagi untuk bersama, aku harus kembali ke kehidupanku
begitu pula dia, aku memandangnya membisu tak sanggup pergi , sekuat tenaga ku
tahan air mataku agar tak memecahkan tangis, aku tak ingin menangis
dihadapannya.
Waktu terus bergerak maju, segera ku rogoh kantung celanaku, aku
serahkan secarik kertas lusuh bercampur bercak tetesan airmataku, berisi perasaanku yang tak mampu aku katakan
padanya, semua pesanku untuknya agar dia
menjaga dirinya sendiri, ungkapan sayang dan cintaku yang begitu besar
padanya, dan rasa terimakasih karena dia telah menjagaku selama aku disini.
Aku bergeming dihadapannya menggenggam
erat tangannya, tak mampu beranjak. Menatap lekat wajahnya yang tersenyum sayu,
sepertinya wajah itu hendak menahan ledakan emosi dan tangis. Aku membalas
senyumnya, tangannya membimbingku untuk segera beranjak pergi, kuserahkan tiket
keretaku kepada petugas pemeriksaan, dengan gugupnya aku menjatuhkan
barang-barangku, tanganku bergetar hebat aku benar-benar tak ingin pergi, tak
ingin semua ini berakhir, kebersamaanku dengannya. Ku jabat tangannya untuk
terakhir kalinya, dikecupnya pipiku sekilas, cepat dan singkat, dia melepaskan
genggaman tangaku.
Tangisku tak mampu kutahan saat kulewati pagar pembatas antara
pengantar dan penumpang kereta, aku menatap wajahnya terakhir kali yang tersenyum
penuh ketulusan, melambaikan tanganku padanya dan berlalu pergi, saat wajahnya
tak lagi terlihat, tangisku benar-benar pecah. Dadaku sesak terhimpit, dan aku
menangis dikursi penumpang, didekat jendela. Tak aku pedulikan tatapan
orang-orang yang keheranan dengan tangisanku, aku tak dapat menahannya lagi
saat perlahan keretaku mulai berjalan meninggalkan kota Malang yang penuh
kenangan.
Engkau meraih hatiku dan mematahkannya ribuan kali, namun aku tak
mampu membencimu. Aku selalu berharap
bahwa jalan hidupmu dan hidupku akan berubah nantinya, dan kita simpan semua
kenangan ini. Aku akan berhenti menangisi semua ini dan aku minta kaupun tak
menangis, tegarlah kamu sekuat karang-karang dilautan.
Dan aku sangat tahu aku pasti
akan merindukan semua hal bodoh yang pernah kita lakukan, tersenyumlah, legakan
aku yang tetap masih merindukanmu, ini saatnya aku harus benar-benar mengerti. Kereta
ini akan membawaku pergi jauh, dan bila aku sampai disana, tak akan ada lagi
Kita.
Selamat tinggal sayang.... :')
Malang, 27 September 2013
With love, Diandra..
Label:
Adielia,
Aku,
Rindu,
Senja,
Tentang Cinta
Senin, 18 November 2013
Rinduku dan Panah Cupid
Terkutuklah
cinta yang telah menancapkan panahnya padaku, dengan bantuan tangan Cupid
tolol, bayi kecil ingusan yang berlagak menjadi
dewa. Sombong dengan kuasanya yang mampu
menyebarkan racun kekejaman, Racun Cinta. Ia minumkan secawan candu biru
beraroma manis memabukkan dengan ribuan getar dan hasrat, memabukkan, mematikan. Menusukkan panahnya
yang penuh matra dengan tanpa ampun kejantungku yang berdetak kencang. Di suguhkannya sebotol anggur dewa berwarna pekat
merah milik ibunya, Venus, sang dewi kecantikan dan aku meminum darah, darah
cinta, darahku sendiri.
Aku mememekik
tercekik dengan seluruh kenistaan beralaskan kenikmatan, dengan getar seluruh
jiwa, melebur seluruh raga, bermetamorfosa dalam kubang dosa penuh air mata
bernama cinta. Terkubur dalam-dalam didalam liang kematian, memekik tercekik,
meronta tercekat, namun tak mampu terlepas hilang. Asa seluruhnya masih ada,
tetap terpatri abadi didalam rongsokan ingatan, seluruh ingatan dalam senyuman,
seluruh tetesan air yang merembes basah dipelupuk mata. Hilang jiwa tak bermakna, separuh mati sambil
tertawa, mayat hidup yang tetap bergerak dalam dunia paralel penuh dengan peluh
sunyi menanti benar-benar mati.
Mencintaimu
dengan sepenuh jiwa, seluruh raga kusuguhkan bersama kuatnya cinta yang membuat
nyaris sinting seperti orang gila. Nyala api dalam diri ini tidak meredup,
semakin berkobar dan berkilat-kilat siap untuk menyambar, membakar. Aku terbakar
dalam diriku sendiri, aku bergejolak dalam jiwaku yang laknat, aku terdiam
dalam seluruh teriakan tanda tanya “kenapa” yang sungguh-sungguh memekakkan
telinga batin. Kapan jiwa ini akan kembali melayang terbang keangkasa terang,
bukan dalam kenestapaan harapan yang memudar dan hilang?
Hai
Cupid bodoh, bisakah kau tunjukkan padaku panahmu yang satu lagi? Panah kebencian.
Tusukkanlah panah itu, agar seluruh rinduku menghilang, dan nyeri ini lenyap,
bukankah engkau selalu menggenggam panah itu tanpa pernah melesatkannya? Lepaskanlah
panah itu tepat bilik dijantungku, agar jantung ini berhenti berdegup, aku tak
keberatan bila untuk itu harus kutukar dengan kematian. Sampaikan pada Venus
ibumu yang merupakan Lambang dari bintang kelahiranku. Bahwa aku siap terbang
memecah berserak menjadi pasir yang bersinar diangkasa.
Mati
bukanlah suatu tantangan yang harus ditakuti, karena mati memiliki
kenikmatannya tersendiri. Terkubur dalam gelap sambil tertidur pulas adalah
sebuah keberuntungan abadi, yang hanya dimiliki oleh kesayangan surgawi. Entah rencana apalagi yang akan dimainkan
takdir untukku, rencana lucu tolol menggelikan yang mengendalikan diriku seperti boneka
bertali pancang, menggerakkanku sesuka tangannya, menjatuhkan aku
sekehendaknya, menyeretku kehamparan jalan-jalan penuh lubang dan lumpur
siksaan, memberi arti penuh luka dalam yang bertopengkan senyuman dan riuh tawa
menutup air mata berwana kemerahan.
Ini rindu
tak terbendung, menyesakkan dan menghilangkan akal sehat, membunuh perlahan
dengan pasti dan menyakitkan. Ini rinduku
untukmu yang tak mampu aku kendalikan
meski perih terus mendera, dalam kegelisahan batin menanti kau siramkan setetes
air surgamu yang bukan lagi miliku. Tak sanggup
lagi rasanya aku menahan getir perih dalam hitungan bulan, memintamu untuk
masuk dalam kehidupanku lagi adalah sebuah kemustahilan, namun sosokmu terpatri terlalu erat didalam
ingatan, tak mampu aku singkirkan. Kerinduan ini terus menghimpitku tercampur
bau kehilangan yang meremukkan jiwaku. Dan kini aku terkubur mati didalam
kepedihan, kamu menghancurkan seluruh keinginanku akan jiwamu.
Wahai
Cupid dan Venus.. Kini Kalian boleh meleburkan jiwaku menjadi debu bersinar,
bertabur diangkasa bernama bintang.
Langganan:
Postingan (Atom)