Sabtu, 04 Oktober 2014

Bagaimana Jika

Bagaimana jika

Aku lelah, mungkin aku harus kembali mengingat dari awal mengapa keadaan menjadi seperti ini, dari awal kita bertemu, aku langsung tahu bahwa dia diciptakan untukku. Bahkan dia menyukai lagu yang sama denganku, mungkin konyol kedengarannya, tapi aku merasakan……. Cinta.

Belum pernah aku merasa seperti ini, perasaan gugup, takut dan bahagia bercampur menjadi satu. Teringat kembali saat itu, saat aku Ingin melangkah ketahap selanjutnya. Memilikinya. Ini awal untuk perjalanan cinta kita, sungguh bahagia bercanda dan tertawa bersamanya, jika kalian bertanya apa yang aku sukai darinya aku menyukai matanya, aku menyukai ketika tangannya membelaiku dengan lembut. Aku menyukai senyumnya, aku menyukai tatapan hangatnya ketika melihatku, seolah mengatakan bahwa ia milikku.

Aku menyukai segalanya tentang dia, aku mencintainya. Aku tahu itu hanya sebuah syal, namun aku tahu dia berjuang untuk membuatnya, karena dia tidak pernah menyentuh jarum sebelumnya. Dari situ akupun tahu bahwa dia mencintaiku. Aku juga ingin memberikan sesuatu untuknya, sesuatu yang berarti baginya, kebersamaan dihari special baginya ingin kubuat kenangan yang tak terlupakan tentang kita, hingga suatu saat nanti masih ada yang tertinggal untuk diingat.
Setiap pasangan memiliki tempat favoritnya bukan? Tempat dimana banyak hal terjadi, kenangan-kenangan indah terjadi. Ya, ini tempat favoritku, ketika Ia berkata kepadaku hanya aku yang dia inginkan di dalam hidupnya. Semua terasa indah bagakan mimpi.

 Aku bahagia, tapi mimpi tidak berlaku selamanya bukan? Aku takut saat itu tiba, ketika mimpi harus berhadapan dengan realita. Ini realita yang aku hadapi, dia dan aku tidak lagi sejalan, ketika cinta harus dipisahkan oleh ego masing-masing, siapa yang salah dan benar sudah tidak ada bedanya, hanya siapa yang menang dan kalah. Hanya satu hal yang aku inginkan sekarang, senyumnya kembali, namun yang aku lihat hanyalah air mata, wajahnya yang memerah sungguh menyayat hatiku.

Jangan menangis, itu yang ingin aku ucapkan, namun aku lelah. Cinta yang dulu ada mungkin telah menjemu, apakah ini wajar terjadi? Masihkah aku mencintainya? Semua terulang kembali apakah ini hanya mimpi? Jika ini mimpi bagaimana jika aku ulang semua dari awal, dan memilih untuk tidak bersamanya? Bagaimana jika aku tak memilihnya, akankah Ia tetap memilihku? Bagaimana jika aku tak mendekatinya, akankah kita tetap bersama?

Seharusnya hari ini, hari dimana aku menyatakan perasaanku padanya. Bagaimana jika ku buat dia menunggu, akankah Ia menungguku? Bagaimana jika kita menjalani semuanya sendiri, bahagiakan dia tanpaku? Ini tidak seperti yang aku bayangkan, bukan keadaan seperti ini yang aku inginkan, Aku benci keadan seperti ini.

Andai aku tahu aku akan tersakiti jika bersamanya, akankah aku akan tetap memilih untuk tetap bersamanya? Aku merasa kosong tanpanya. Bukankah cinta adalah kuatku untuk bertahan, bahwa aku tak dapat menyerah begitu saja, bahwa dia telah menjadi bagia dari hidupku. Maafkan aku, karena aku tak tahu bagaimana mencintaimu. Kini aku tahu bagaimana rasanya hidup tanpa dirinya, aku merindukannya, keberadaannya. Aku merindukan dia.

Rabu, 24 September 2014

This Is My Birthday, I'm Alone and I Miss You So Bad :')

This Is My Birthday, I'm Alone And I Miss You So Bad :')
Nayla..............
This is realy hurting me.. You was gone leave me alone in the silent world..
Do You remember this day? I hope you still remember my special day..
I hope you here, coz i really miss you now.. I wanna your hug with your loving arms...
Tahun kemarin yang kamu sesali karena di hari ini di tanggal yang sama, kamu tidak bisa melewatkan hari teristimewaku bersamaku.

Dan hari ini adalah yang aku sesali karena tidak ada lagi kamu..
Aku mungkin kesal karena mereka yang aku sayangi setelahmu, melupakan hari ini, bahkan orang yang dulu pernah sangat aku sayangi yang mengalihkan pandanganku dan membutakan mataku dari kamu, pun tidak mengingatnya..

Aku tahu kamu disini, memeluk punggungku erat, aku merasakannya bunda, selalu.. setiap aku merindukan kamu.. Setiap kali aku menangis, hari ini adalah hari yang berat, aku harap waktu segera berputar dengan cepat, dan melewatkan hari ini.

Aku sadar sekarang aku benar-benar sendirian, dan harapanku tentang kamu bisa hidup kembali semakin kuat, satu kemustahilan yang pahit ketika aku menyadarinya. Itu hanya sebatas harapan.
Tak ada satu temanpun yang menemaniku malam ini, aku berusaha tidur tapi sulit, mungkin minuman bodoh ini membuatku semakin linglung, setidaknya vodka dan rokok membuatku sedikit terhibur. Kamu mungkin tahu bunda, dia yang kini sangat dekat denganku yang hatinya dimiliki orang lain, dan sesaat lalu dia baru aku nina bobokan dengan lagu. Diapun tidak sepeduli itu untuk menunggu sampai jam 12 malam. Entahlah mungkin dia lelah, mungkin memang aku tak sepenting itu.

Setelah hari ini keinginanku untuk tetap bertahan sendirian semakin kuat, tak ada satu orangpun yang bisa menyayangiku, begitu mencintaiku setulus hati sepertimu. Kamu adalah kehilang terbesar dalam hidupku, dan yang aku punya sekarang adalah sesal pahit yang bahkan dak bisa aku sesali lagi.
Sudah waktunya semua harapan itu menghilang dari kehidupanku, keinginan untuk bahagia sudah tak begitu besar, waktu membuktikan semuanya. Mereka tak bisa lebih baik dari kamu..





First there was the one who challenged
All my dreams and all my balance
She could never be as good as you
(Muse - Unintended)

Aku tak akan peduli lagi tentang mereka semua Nayla..... 
This Is My Birthday, I'm Alone And I still miss You so bad..................
You are the best I ever had.. ...



24 September 2014
00:51
Kiki Diandra

Rabu, 27 Agustus 2014

Hanya Aku..



 Bukan lelah kini, hanya senyum yang kadang tak begitu punya arti, waktu akan berlalu entah perlahan ataupun berlari. Ini hanyalah aku yang mungkin terlahir kembali, seperti reinkarnasi setelah kematian yang panjang dan melelahkan. Canda tawa dan peluk yang dulu hanya berupa gambar hitam putih yang pudar, rasa sakitnya sudah tak berwarna merah darah, hanya abu-abu yang telah lama menjadi kelam dan terlupakan. 

Jikapun memilikimu hanya sebuah impian, yang menggantung dalam ulasan angan, itupun hanya berupa ingatan, bukankah seharusnya itu juga merupakan kenangan. Tidak lagi akan ku ingat rasa sakit yang telah kamu siramkan kesekujur lelahku dalam cinta dan diam. Sakit itupun telah lama menghilang, hanya berupa kelebatan yang terlewatkan. Begitu mudah aku menertawakan aku yang dulu begitu bodohnya, namuan ternyata dalam kebodohan itu aku menemukan jalanku sendiri untuk menjadi lebih baik dan ceria. 

Kamu kini tidaklah begitu tampak nyata meski kadangan masih bisa membuatku berpalingdan menghentikan waktu, dan anggaplah itu sebagai bagian dari hidup yang penuh dengan warna, tidak lagi hanya hitam-putih ataupun abu-abu yang kelabu. Tak ada lagi cinta untukmu wahai kenangan, akan aku simpan manis mu dan kubuang ingatan-ingatan pahit, dalam kotak kenanganku yang ku kunci rapat-rapat. kelak aku takkan membukannya lagi dengan kesengajaan.

Aku tidak takut dengan rasa sakit, toh aku telah berkali-kali mengalaminya, menelannya dan memaksa tubuhku untuk mencernanya. Aku bukan juga takut terluka dan takut terjatuh lagi, aku hanya begitu menyayangi hatiku untuk tidak lagi merasakan sakit. Aku tahu mungkin akan sangat sulit dilakukan, namun aku akan terus mencobanya, sampai ada yang bisa untuk cukup kuat meyakinkan aku untukbisa kembali percaya dan memeluk. Biarlah aku seperti ini bebas dan bahagia dengan keyakinanku sendiri, meski dalam menjalaninya aku tidak mempercayai siapapun. 

Aku akan berusaha untuk terus bebas dan bahagia..........

Selasa, 26 Agustus 2014

Perubahan -- Logika & Cinta --

Mendengarkan petikan gitar Ed Sheeran "give me love" katanya.... "Give me Love like never before". Aku tersenyum. Cinta dulu sangat membuatku lemah, entah itu cinta atau hanya kelemahanku atas perasaanku yang aku anggap cinta.

Setiap harinya kini, aku menatap pagiku dengan tersenyum, bukan dengan kesal, muak ataupun muram. Aku berterimakasih pada Tuhan untuk hal itu, sebak, sakit, sesak telah sirna meski tidak sepenuhnya. Terlalu banyak rasa sakit dalam hidupku yang mengajarkan kepadaku bagaimana bertahan. Mereka yang dalam hidupku menorehkan begitu banyak rasa sakit mengajarkanku tentang PERUBAHAN.

Jika kamu mengerti sebenarnya, hidup adalah tentang bagaimana perubahan itu terjadi dalam diri kita, waktu yang memang pasti berlalu, kamu, aku kita yang menjadi dewasa, aku yang berubah tidak lagi menatapmu dengan penuh kebencian, tapi dengan senyum keikhlasan, kerelaan, ketenangan. aku bahagia menjadi diriku yang sekarang, yang tidak berkubang dalam rasa sakit dan penyesalan.

Ada yang menyebutku keras kepala dan tak berhati, saat aku memintanya untuk pergi dari orang-orang yang menyakitinya. Obsesi yang keliru dianggap cinta, akan hilang pada waktunya, pada kemuakkannya sendiri. Aku bukan tak berhati, aku hanya tak ingin hati yang sudah aku kuatkan, yang sudah aku benahi, yang sudah aku sembuhkan sendiri, terganggu oleh kekeliruan yang kalian sebut cinta itu. Aku bukanlah aku yang dulu yang mendayu-dayu hanya karena mendengar satu lagu cengeng beserta flashbacknya tentang masalalu yang menyakitkan. Itu adalah dulu dan dulu hanyalah sebuah "dahulu" yang perlahan memudar oleh waktu.

Mengertilah kalian bagaimana perihnya merangkak, berusaha berdiri sendiri dalam jalan penuh onak duri, sangatlah sulit dan melelahkan. Aku tak ingin mengulanginya lagi dengan mengikuti perasaan dan kata hati yang kadang membuyarkan semua realita. Hati itu egois, hati itu hanya bisa merasakan mimpi tidak bisa melihat kenyataan. Hati itu membodohi dan membohongi dirinya sendiri dengan harapan yang berlebihan. Mengikuti kata hati tanpa diiringi dengan logika yang kuat hanya akan menimbulkan sakit pada akhirnya.

Hati dan nafsu itu seiring sejalan, tidak bisa dipisahkan, sedang logika berjalan sendirian, kadang kalah dan kadang menang. Logika dan hati mana yang lebih dominan hanya kalian sendiri yang bisa menentukannya. hanya diri sendiri, memilih rasa sakit atau bahagia adalah keputusan sendiri.

Selasa, 13 Mei 2014

Nayla...

Nayla...
Berjuta rangkaian kata adalah ungkapan hati melalui celah bibirnya.
Senyuman yang menarik angan, menghimpit logika, memecah kebisingan jiwa.
Mata itu tajam menatap menjerat dalam sayu yang membisu, berbicara melalui tatapan rindu..

Nayla...
Dalam gelak tawa bersamanya, seakan hari takkan pernah berakhir..
Peluknya nyaman dan hangat, erat menenangkan, meredakan ledakan amarah yang begitu berkecamuk menguasai seluruh raga.
Dalam dekapannya kamu takkan pernah merasa bosan, dalam belaiannya kamu takkan pernah bisa berpaling, dalam kecupannya kamu takkan pernah rela berhenti.

Nayla..
Mata air jernih dengan rasa manis surgawi,
meredakan dahaga dalam gelak kesakitan dipenuhi air mata.
Keharuman suci menguar dari kulitnya yang putih bersih.
Keindahan seluruh warna pelangi bersinar indah dimatanya.. 

Pernahkah mata ini berasa bosan menatapnya?
Pernahkan kepala ini berhenti berfikir tentangnya?
Pernahkan jiwa ini tak membutuhkannya?
Dalam tahun- tahun yang begitu menggembirakan,
Dalam tahun-tahun yang dipenuhi isak tangis dan rasa sakit.
Pernahkah dia meninggalkan aku, yang diterjang badai cinta yang baru yang begitu menyakitkan?
Pernahkah dia tidak berada disampingku, ketika aku menangis , meraung kesakitan?
Bahkan Dia membalut semua lukaku, berusaha untuk bisa mengobatinya, meski luka itu tak pernah bisa sembuh. Namun berkat Dia, luka itu terasa tidak terlalu menyakitkan.

Ketulusannya dalam memelukku mengajarkan aku tentang mencintai..
Kesabarannya dalam menenangkan amarahku mengajarkan aku bagaimana menghargai..
Kedewasaannya dalam membimbingku, mengajarkan aku bagaimana bersikap..
Kesetiaannya mendampingiku sampai akhir hayatnya mengajakan aku bagaimana mencintai dengan tulus dan sepenuh hati..

Nayla...
Rasanya baru kemarin aku memelukmu dengan bergitu erat,
Rasanya baru kemarin aku mengantarmu pulang dan tersenyum padamu dibalik pintu gerbang rumahmu..
Rasanya baru kemarin kamu mencium puncak kepalaku..
Rasanya baru kemarin kamu mengatakan bahwa
hanya aku satu-satunya orang yang paling kamu inginkan didunia..
Dan rasanyapun baru kemarin aku menyaksikan kamu pergi meninggalkan aku..
Kamu yang terbaring lemah tak berdaya terbungkus kain putih, yang harus aku relakan..

Kamu selalu ada disetiap aku merindukanmu,
dalam mimpi-mimpiku yang begitu aku beri arti dan aku nantikan...
Rindu membawamu padaku dalam wujud kenangan..
Aku selalu merasa kamu tetap berada disampingku, dan tak penah meninggalkan aku sendirian..
Aku selalu bisa mencium aroma tubuhmu yang masih tetap tertinggal diudara..
memenuhi seluruh rongga nafasku..

Aku bedoa untukmu dalam taburan bunga yang kusebar dipembaringan terakhirmu...
Maafkan aku Nay, bila hatimu merasa sangat terkoyak bila ada yang menyebut namamu...
Kamu mungkin sangat tahu...
Aku belum sepenuhnya bisa merelakan kamu benar-benar pergi dari hidupku..
Percayalah Nay, aku akan baik-baik saja apapun yang terjadi...
Seperti yang pernah kamu bilang padaku bahwa aku lebih kuat dari apa yang bisa aku lihat dari diriku sendiri..

Aku merindukan kamu Nay... Andai saja waktu bisa berputar kembali....


By : Kiki Diandra

NAY!! SALAH RASA BIKIN SENGSARA :'(

DAMN IT!!!

Nayyyy.... :'(
Bodohnya aku.... :(((((
Bener-bener bodoh Nay, aku kok sering banget salah rasa yaaaaa??? hiks... hiks....
Aku pikir aku masih sayang ke Nina dan gak sayang lagi sama Achi.. Tapi apa yang terjadi Nay, hampir dua minggu otakku bener-bener berhenti berfungsi. Aku kangen banget yaa sama achi yang jelek, ceroboh, bawel, galak, tukang bohong (ini sering ketahuan ama aku)  dan aneh itu. Kemarin  aku suruh dia pergi karena aku pikir gak baik untuk berhubungan sama aku yang masih tetep gagal move on. Tapi Nay,  pas dia beneran mengiyakan buat pergi dan gak peduli lagi sama aku. Aku ngerasa ada yang hilang Nay, bodohnya aku perlu benar-benar dia tinggalin untuk tau gimana berartinya dia buat aku, untuk tau gimana rasaku yang sebenarnya..  :'(\

Semua ini bikin aku benar-benar bingung, semua berantakan, aku kehilangan lebih banyak dari yang coba aku jaga dengan baik. Aku ceroboh dan bodoh ya Nay. Aku pikir aku masih sesayang dulu lho ke Nina, tapi kenyataannya, NGGAK!!  Rasaku udah beda. Sayangku ke dia ternyata gak sehebat itu, dan betapa bodohnya aku atas tulisanku kemarin Nay, AKU KEHILANGAN TEMENKU, SAHABATKU...!! AAARRRGGGHHH....  Padahal aku cuman bisa cerita segala hal ya sama dia, aku gak perlu pake topeng, jaga imej, gak perlu pura-pura. Bisa jujur ngablak ngomongin apa aja gak perlu capek-capek ngedit! kayak aku ngomong sama kamu, dulu waktu kamu setuju kita jadi sahabat. AKU BODOH!!


Kamu tahu kan Nay, aku mungkin akan lebih sedih kehilangan orang yang udah pas banget jadi temenku, ketimbang kehilangan pacar-pacarku (maaf Nay, kamu tahu kan kalo sekarang aku gak bisa pacaran cuman sama satu orang apalagi statusnya LDR -___-" ) . Dan sekarang aku kehilangan sahabatku karena tulisan bodoh, oh Tuhan.. Kapan gue pinternya??? Sekarang aku gak punya tempat lagi kalo mau ngeluh, mau nangis, mau cerita apa aja.. Dia mungkin undah marah banget ama aku, dan aku gak tahu gimana cara nya memperbaiki keadaan. Aku gak mau kehilangan temenku Nay, :'((

Aku juga kesulitan bikin achi balik lagi, oh DAMN GOD!! Aku sayang sama dia.... Aku kudu piye yo Nay?? PUSSSSIIIIIIINNNGGGGG!!!!!!

Nay, kemarin aku ke makam mu, kamu lihat aku gak? biasanya ada taburan bungan di sana, kalo hari minggu aku dateng, tapi kok, tumben kemarin gak ada Nay? Maaf yaaa aku baru sempat dateng, aku kangen deh sama bunda. :)) Bunda kenapa? Malam jumat kemarin, kok kamu dateng lewat mimpi yang terlalu nyata Nay? Aku ngerasa setengah tertidur tapi juga ngerasa sadar, dan kamu tau sosok kamu, tangan kamu yang melingkar di tubuh aku itu kelewat terasa Nay, kelewat nyata. Sampai aku sesak nafas dan kesulitan bernafas, pas aku bangun jadi sakit semua badanku.

Kamu gak pernah senyata itu kalo dateng ketempatku Nay? Pelukan kamu itu kok kerasa nyakitin yaa?? Kamu sakitkah disana?? kamu gak bahagia kah?? Setiap mimpiin kamu, kamu gak pernah ngomong nay, kamu cuman senyum, sambil elus kepalaku. Mimpi kali ini kok beda banget? Kamu baik-baik aja kan?? Aku kemarin udah kirim doa kok buat kamu, aku juga selalu doain kamu setiap sujud 5 waktu. Kamu baik-baik yaa.. Aku tahu kamu sayang sama aku, aku juga sayang bunda :)

Yang tenang disana yaa.. Aku disini akan baik-baik aja kok, aku janji... akan lebih sering nengokin kamu, tabur bunga dan kirim doa,jangan khawatirin aku yaa.. :)) I miss You :')

Aku kudu piye bunda? buat memperbaiki keadaan? :'(
Aaaahhhhhh sudahlah~~~~ Pasrah aja deh :'(



Minggu, 04 Mei 2014

Selamat Tinggal Yang Terulang

Rasanya agak aneh bila kali ini aku harus pergi lagi darimu, menilik pada perasaanku yang entah mengapa dengan ajaibnya tetap tidak bisa berubah. Aku tahu aku harus segera melakukan sesuatu, dan pergi merupakan hal yang paling masuk akal yang bisa aku lakukan, bukan hanya demi kebahagiaan kamu tapi juga demi hatiku. Kamu tahu, aku tidak mau terluka lagi, aku sudah lelah terluka, selama ini aku berusaha mengabaikannnya, agar aku bisa tulus dalam menjalani hal yang kamu sebut "persahabatan" itu. Aku berusaha menjadi sabahabat terbaikmu, satu hal kecil yang tak berarti apapun dan tak mengubah apapun, tak mengubah hatiku.

Kamu masih ingat, waktu babang bilang kalau diantara kita takkan pernah bisa dengan tulus benar-benar berteman? Aku berusaha mematahkan teori itu. Bahwa aku bisa dengan tulus mendampingi kamu sebagai sahabat terbaikmu. Semakin hari penyangkalan yang aku lakukan terasa sia-sia. Aku tidak bisa melihat kamu bersama orang lain, itu menyakitiku.

Aku tahu bila kamu membaca ini mungkin kamu yang akan pergi dariku terlebih dahulu, mungkin untuk selamanya, namun aku tak bisa menahannya. Bilapun A*** pergi, R*u menghilang aku masih bisa menata hatiku dengan baik. Aku masih bisa menguasai diriku, dan bila kamu yang harus pergi, aku yang harus meninggalkan kamu demi kebaikanku sendiri,demi diriku sendiri, rasanya sangat sulit dan sangat menyakitkan. Namun aku sangat tahu selain jalan ini, tak ada lagi jalan yang bisa aku tempuh untuk menyelamatkan aku dari rasaku padamu. "Rasa Cinta Yang Bercokol Terlalu Dalam" Masih ingat kata-kataku ini bukan? Yang karena sangat dalamnya aku tak mampu merasakan rasa yang lain, yang karena sangat kuatnya aku tak bisa membedakan mana luka mana dan rasa sakit mana kebahagiaan. Karena saat aku bersamamu aku merasa sangat bahagia seolah tak pernah ada rasa sakit disana, bahkan hanya dengan mendengar suaramu semua amarahku, amukan hebat dalam jiwaku mereda begitu saja.

Kamu mungkin tidak peduli dengan semua ini, apapun yang aku rasakan, apapun yang aku katakan, aku tahu segalanya hanya akan berakhir dengan kesia-siaan. Aku sangat mengerti hal itu. Namun bila melihat kenyataan yang terjadi sekarang, bila melihat kamu dengannya rasa sakit itu muncul begitu saja. Aku berani mengatakan takkan ada yang bisa mengalahkan rasaku padamu, takkan pernah ada yang bisa mengalahkan ketulusanku dalam mencintaimu sepenuh hatiku. Tidak juga orang baru itu yang dengan mudahnya kamu mengatakan akan berhenti padanya, menghentikan perjalananmu dengannya yang hanya bisa aku iyakan sambil tersenyum pahit untuk diriku sendiri. Bukan karena aku tidak menginginkan kamu untuk bahagia, aku rela melakukan apapun yang kamu minta jika itu bisa membuatmu bahagia. Itulah sebabnya aku menyatakan keyakinanmu berkali-kali atas perasaanmu padanya.

Kamu selalu menjawab dengan keyakinan bahwa kamu memilih untuk menghentikan langkahmu padanya, pada dia yang tak pernah aku suka, pada orang asing itu. Dan kamu tahu? Mungkin kini saatnya aku pergi jauh dan selamanya. Kamu sempat menanyakan padaku kenapa aku mencintaimu? Apa artinya kamu untukku? Dari dulu hingga kini jawabanku tidak pernah berubah "kamu adalah semua hal yang aku inginkan di dunia ini dijadikan satu, 'coz You mean everything to Me :') "

Tak ada yang bisa menempati posisimu dihatiku, kamu selalu menempati posisi yang sama sejak dulu tak ada yang bisa mengubahnya, tak ada yang bisa menggantikannya. Namun kini aku harus pergi, dan rasanya aku ingin sekali memelukmu sekali lagi, mengecup keningmu dengan tulus dan tersenyum padamu untuk yang terkahir kalinya, sebelum semuanya benar-benar hanya berupa ingatan. Ingatan, hanya itu yang aku punya darimu yang aku sadari takkan pernah menghilang seumur hidupku. Apabila aku merindukanmu aku akan mendekap tulisan-tulisamu disurat yang pernah kamu berikan dulu. Mungkin satu-satunya surat lusuh yang pernah aku berika padamu, sudah kamu robek dan kamu buang, yang aku tuliskan dengan tetesan air mataku tertinggal dikertas itu. Namun satu hal yang harus kamu tahu, apapun yang terjadi sejak dahulu sampai sekarag aku tetap berdoa untukmu disela-sela sujudku, untuk kebahagiaanmu, untuk jiwamu yang begitu aku cintai. Untuk kamu yang begitu aku sayangi selamanya.

Aku akan pergi untuk membiarkan kamu bahagia bagaimanapun dengan siapapun.....

I still be Your Diandra, My Sweety :')                                      



I Miss You...
By: Diandra.....

Jumat, 18 April 2014

Tak Ingin Lagi Mengejar Matahari


Tak Ingin Lagi Mengejar Matahari


Dear Nay...
Saat ini aku sedang tersenyum kecut, melihat kenyataan yang tak kunjung berpihak padaku. Mungkin aku memang belum seberuntung itu, aku belum cukup layak untuk benar-benar menemukan dan memiliki cintaku.  Entahlah nay, tentang cinta itu sendiri aku pikir aku sudah cukup lelah untuk terus memperjuangkannya, aku lelah berlari dan aku ingin berhenti.

Dia tidak mencintaiku Nay, Dia tidak mencintaiku. Achi tidak pernah mencintaiku. Kamu tahu aku masih tetap bodoh, dengan ketulusan dan cinta yang aku punya. Cinta untukku adalah sebuah kebodohan. Kemarin aku pernah merasa bahagia bersamanya, dia membuat aku tersenyum dengan lepas dan tulus, dia membuat aku menjadi diriku sendiri tanpa kepura-puraan. Namun sayangnya selama ini dia berpura-pura.Sulit bagiku untuk mencerna semua ini aku masih berada dalam kebingungan, aku kehilangan arah.

Aku lelah Nay, lelah sekali. dalam kurun waktu sangat cepat rasa sakit beberapa bulan ini membuat otakku berfikir sangat lambat, rindu yang berubah jadi pilu. Sakitnya, perihnya, pedihnya, bercampur menjadi satu, dan aku harus tetap tersenyum agar terlihat normal. Aku tertawa terlalu keras, tawa itu sebuah kebodohan. Rasa perih yang terus berusaha aku tutupi seolah tak terjadi apapun toh pada kenyataannya tak mampu aku bendung. Aku tak ingin terlihat sedih, tak mau terlihat menderita dan  lemah, meski kadang akhirnya membludak juga dalam butiran air mata setelah tawa riuh itu.

Aku tidak baik-baik saja Nay, maafkan aku. Saat ini yang paling aku butuhkan adalah pelukanmu, usapan lembutmu dipipiku, dan kecupan tulusmu dipuncak kepalaku. Pelukkan kamu paling mampu menenangkan aku, dan kini semua itu tidak ada lagi, aku sendirian.

Kebodohanku Nay, membuat rasa sakit yang sama selalu terulang berkali-kali, akupun tak mengerti aku tak bisa berubah jadi kejam. Aku selalu berlari mengejar yang jauh diujung langit sana, mengejar matahari, mengejar senja, mengejar isi semesta. Aku selalu berusaha membahagiakan orang lain, meski aku sendiri merasakan kesakitan. Aku terluka oleh senja, aku terbakar oleh matahari dan aku berusaha membalut luka saat hujan turun, SENDIRIAN.

Kamu mungkin bintangku, selalu muncul dalam kesepian-kesepian sunyi tengah malam. Dan kini aku rindu kamu menyelimutiku saat aku telah lelah menangis. Seperti dulu, saat aku terkulai lemah dipelukkanmu, setelah tangisan hebat karena senja yang tiba-tiba menghilang, masih aku rindu caramu menyelimutiku yang masih sesenggukan, masih aku ingat erat lenganmu yang melingkar di tubuhku saat kamu menenangkan aku dari tangisku yang tak kunjung berhenti hingga pagi. Kini semua itu takkan pernah ada lagi. Hanya tinggal kenangan yang tersisa dipelupuk mataku dan terekam indah dalam benakku.

Kini aku tak punya cukup kekuatan lagi untuk berlari sendirian Nay, mengejar matahari yang jauh mengabaikanku, dan hanya menghadiahkan terik setelah kesejukan pagi yang sesaat. Aku ingin benar-benar berhenti, dan saat inipun aku tak mampu merasa, aku  tak bisa lagi mengecap rasa. Aku mati rasa.

Aku tak mampu lagi berlari Nay, aku kehabisan tenaga, kelelahan yang sangat luar biasa. Matahari itu semakin panas membakar kulitku yang kesakitan, membuat rasaku mati dalam kekalahan. Sementara senja yang selalu muncul dan tetap berusaha menghilang ditelan kegelapan.

Aku berhenti berlari...




By: Diandra

Senin, 14 April 2014

Dan Yang Terjadi



Dan Yang Terjadi
Mencari jawaban atas semua pertanyaan yang terus berkecamuk didalam hati dan pikiranku yang kalut, adalah hal teremosional yang pernah aku alami, kehawatiran terus-menerus menghuni batinku. Semua kemarahan itu, semua emosi itu aku simpan dikedalaman hatiku sendiri, berharap tak ada yang dapat membacanya, tak ada yang dapat menyelaminya. Aku tak berharap orang, siapapun itu dapat mengerti hatiku atau jalan pikiranku, aku sendiri menilai jalan pikiranku ini terlalu ruwet untuk dipahami. Hhh!! orang bodoh dengan jalan pikiran yang sulit dipahami. 
Aku sendiri kadang tidak bisa menduga apa yang dapat dihasilkan oleh pikiranku, dan nantinya keyakinan-keyakinan baru akan muncul. Aku takut keyakinan baru itu dapat merusak semua keyakinan lamaku yang rasional, aku sendiri semakin menyadari bahwa pikiran-pikiran baruku selalu berada dalam frekuensi yang irasional. Aku merasa takut akan hal itu, aku membutuhkan keberanian untuk bisa lebih tabah menerima perubahan yang begitu besar didalam hidupku. Ini sebuah kenyataan yang harus bisa aku kendalikan secepatnya, aku tak ingin bila pemikiran-pemikiranku yang penuh dendam meledak begitu saja tanpa peringatan terlebih dahulu, menggebu-gebu dan penuh emosi.
Aku semakin tepojok dalam dunia yang asing antara mimpi dan kenyataan, antara angan dan realita. Aku takut nantinya aku semakin terlarut dalam dimensi yang seperti ini, hingga aku tak mampu membedakan mana yang mimpi dan mana yang nyata. Aku takut tak bisa membedakan antara dunia mimpi dan dunia nyata, atau aku takut tak bisa menerka sedang diamanakah aku berada, dunia mimpi atau dunia nyata.
Perubahan besar dalam hidupku yang dipenuhi oleh rasa sakit  membuat cara pandangku akan sesuatu hal ikut berubah menjadi rancu dan sempit. Aku sendiri terus menerus berada dalam kebingungan akan apa yang tengah terjadi dalam hidupku. Perubahan demikian besar terjadi dalam hidupku saat aku berada dalam keadaan tidak siap, aku dibuat kalut dan bingung dengan keadaan baru ini yang membuat aku bimbang dan merasa tersesat di dunia yang  tidak aku kenal. 
Kelemahanku semakin terlihat, aku berharap aku tidak menangis dalam menghadapi kenyataan, walaupun sebenarnya rasa sakit ini sungguh sulit untuk ditepiskan, sungguh tak tertahankan. Kenapa harus seperti ini?? Kenapa harus cinta yang menyakitiku begitu dalam, kenapa cinta justru menjadi penyebab atas semua kekalutanku dan ketidak rasionalan pikiranku?? Kenapa cinta yang harus merubahku menjadi orang yang berbeda? menjadi orang yang tidak bahagia!?
Dan dulu sebelum rasa sakit itu muncul, sebelum aku ditinggalkan oleh cinta, sebelum cinta meminumkan racunnya padaku. Aku begitu bahagia dengan semua kepolosan jiwaku, aku bahagia menjadi si bengal yang nakal, aku bahagia menjadi si bodoh yang tidak mengenal cinta, dan menganggap cinta hanya menjadi milik orang dewasa yang tidak perlu dipedulikan, tidak perlu dipikirkan. Aku bahagia dengan datangnya hujan dan aku dapat bermain ditengah hujan dengan berlari-lari tanpa takut terjatuh dan basah, aku bahagia melihat matahari pagi bersinar yang dapat kusapa dengan memicingkan mata setiap kali melihatnya, aku bahagia menjadi diriku yang dulu, diriku yang kanak-kanak, diriku yang bau matahari.
Aku bahagia menjadi diriku yang dulu, diriku sebelum aku mengenal cinta. aku yang polos adalah aku yang melanggar semua perturan tanpa rasa malu. Aku yang dulu adalah aku yang mengejek orang dewasa yang menagisi cinta yang hilang, aku yang dulu adalah aku yang mengolok-olok cinta tanpa beban, dan menertawakan tingkah mereka yang dewasa saat mereka tiba-tiba menjadi linglung dan bodoh saat jatuh cinta.
Namun satu hal yang tidak aku perhatikan kala itu, bahwa suatu saat aku dapat berubah menjadi dewasa, bahwa suatu hari aku juga akan mengalami hal yang sama seperti yang dialami orang-orang dewasa, ketika aku berubah menjadi dewasa. Hal ini yang paling aku sesali karena aku tak dapat melakukan persiapan apapun sebelumnya. Hal ini terabaikan begitu saja. Dan betapa terkejutnya aku sewaktu semua yang aku tertawakan kemudian menimpaku, mengahancurkanku tanpa ampun.
Aku dihancurkan perlahan-lahan dari dalam, paru-paruku seperti terbakar, dan semua berubah menjadi kepekatan yang hampa. Merasa kehilangan namun  tak mengerti apa yang hilang, merasa ditinggalkan namun tak mengerti kenapa bisa tiba-tiba meninggalkan, merasa marah dan tak tahu ditujukan pada siapa. Ingin menyalahkan namun tak mampu menyalahkan. Bagai mana bisa menyalahkan yang sulit untuk disalahkan, sulit untuk marah, sulit untuk mencaci, ketika orang yang membuatmu terluka parah adalah orang yang paling kau cintai, orang yang paling kau kasihi, bagaimana kau bisa marah jika satu-satunya orang yang berusaha mematikanmu adalah orang yang selama ini berusaha kau lindungi sepenuh jiwamu. Bagai mana kau bisa marah kalau dialah orang yang tanpa nafasnya kau tak bisa hidup? Bagai mana kau bisa menyalahkannya jika orang yang membuatmu sakit adalah orang yang demi dia kau rela melakukan apa saja?? 
Kemarahan berkumpul didalam hatimu, mengendap dan membeku didalam jiwamu. Membuatmu merasa terbakar, membuat tulang-tulang dan sendi-sendimu ngilu, kadang membuatmu sangat mual dan tersiksa. Kemarahan seperti ini, kemarahan yang sulit untuk dilampiaskan, kemarahan itu pula sulit untuk diredam. Kemarahan yang hanya tersimpan didalam kepala, hanya tertumpuk didalam hati. Tak ada pelampiasan, tak ada gerakan, tak ada suara. Kemarahan yang hanya berupa makian-makian, teriakan-teriakan kecil didalam hati. Sakit? Ya!! Sampai kadang membuat membuatku sulit untuk bernafas, sesak, perlahan-lahan mengahancurkan, mengikis, sedikit demi sedikit. Rasanya seperti seseorang meneteskan air garam diatas lukamu, tetes demi tetes akan terasa seperti terbakar saat tetesan itu tidak kunjung berhenti. Ingin berlari, pergi menghindar, melarikan diri dari rasa sakit kenyataan. Namun bagaimana bisa kau melarikan diri jika kakimu ditahan?
Entah siapa yang yang menahan, entah bagaimana menahannya aku tak mengerti. Namun jika yang menahanmu adalah orang yang kamu cintai sekaligus orang yang menyakitimu, akankah kamu mampu berlari? Akankah kamu mampu pergi! Sekalipun dia tak pernah bisa mencintaimu, sekalipun dia berpaling darimu. Namun jika dia menahanmu untuk melihatnya bahagia dengan cintanya yang  dia temukan, dan ironisnya cinta itu bukanlah dirimu mampukah  kamu mengatakan tidak, jika dia yang memintamu mendampinginya? Menjadi sahabat sejatinya.
Sejauh ini aku selalu mengatakan tidak untuk semua rasa sakit itu, namun kadang aku memberikan sedikit kelonggaran untuk rasa sakitku. Kadang aku mengatakan ya, kadang juga kukatakan tidak. Aku setia mendampinginya dihari-hari bahagianya sebagai sahabatnya, sebagai mantan kekasih yang dijadikan sahabat. Hhh!! Sahabat bagaimana? Lalu inikah wujud cinta itu!?? 
Banyak orang mengatakan bahwa cinta adalah hal yang tidak bersifat memiliki. Bahwa kebahagiaan orang yang kita cintai adalah hal paling utama sebagai wujud dari mencintai. BULLSHIT!! Aku berkorban begitu banyak untuknya lalu kenapa aku tak boleh menjadi egois?? Aku berbuat banyak untuknya lalu kenapa aku harus melepaskannya?? Apakah dosa besar jika aku egois?? jika aku ingin memilikinya, jika aku ingin mendapat balasan yang sepadan atas semua hal yang telah mati-matian aku korbankan untuk cinta bodoh ini??
Demi Tuhan!! Aku ini hanya manusia biasa dengan segala keterbatasan, dan keegoisan. Lalu kenapa harus aku yang berkorban!!?? Kenapa tidak dia? Kenapa tidak mereka? Kenapa aku yang harus berbuat adil kepada orang yang yang aku cintai sementara dia tak bisa berbuat satu kebaikan kecil saja padaku, dengan tidak memintaku untuk menjadi sahabatnya?? Jadikan saja aku musuhnya!! Jadikan saja aku musuhmu wahai cintaku, aku mohon.
Sehingga aku mampu untuk membencimu, dan aku mampu untuk pergi jauh dengan semua kebencianku tanpa rasa bersalah apapun karena telah membencimu. Aku mohon bencilah aku cintaku. Agar aku dapat membencimu dengan penuh kemarahan dan aku bisa mencurahkan semuanya melalui kemarahan itu, aku bisa berteriak sekencang-kencangnya bahwa aku membencimu!! Mungkin dengan begitu keadaan akan lebih baik untukku, mungkin semuanya akan terasa adil jika kamu mampu membuatku membencimu sedikit saja.
Jangan jadikan aku sahabatmu cintaku, jika kamu telah berpaling pada hati yang lain. Aku bukan malaikat yang mempunyai kebaikan yang super, aku bukan malaikat yang tidak memiliki rasa sakit. Aku hanya manusia yang sangat biasa-biasa saja. Hingga bila kamu menggoreskan sedikit luka saja, rasa perihnya akan terasa dan tak hilang hingga bertahun-tahun. Sungguh akan lebih mudah jika aku bisa membencimu. Jika aku membencimu aku hanya perlu marah tanpa harus menangis, aku hanya perlu pergi tanpa harus merasa memiliki beban berat yang tertinggal, aku hanya perlu marah dan pergi.
Seandainya aku  bisa pergi begitu saja, dan memulai kehidupanku yang baru akan sangat mudah bagiku untuk meneruskan hidupku.

Minggu, 13 April 2014

Aku dan Kebodohan



Aku dan Kebodohan

Pada malam-malam kelam setelah semua rasa sakit yang aku rasakan diterangnya hari-hari penuh matahari. Aku terus bergumul dengan mimpi-mimpiku yang tak terwujud, aku terus berusaha tertidur untuk bermimpi lagi, bermimpi lagi. Terus berusaha menembus waktu dan batasan-batasan, melupakan norma-norma dan normalisasi kehidupan yang berada diujung hari-hari penuh kegalauan. Kehampaan hanyalah sebuah bentuk visualisasi dari rasa sepi yang begitu merasuki jiwa, rasa sepi yang kadang-kadang bisa tiba-tiba membakar dengan ledakan-ledakan besar didalam jiwa yang kosong. 

Aku sendiri merasa bodoh dalam pergumulan dengan jiwaku sendiri, bukankah sangat bodoh menangisi hal-hal yang tak  mungkin bisa kembali? Bukankah sangat bodoh mengharapkan hal yang sudah jelas takkan pernah bisa kau wujudkan!!?? Bukankah sangat bodoh berusaha menari-nari ditengah-tengah kobaran api yang begitu membludak namun tak satupun yang mau memadamkannya? Tak satupun peduli. Tidak dia, tidak juga waktu. Hah betapa bodohnya.

Kebodohan bukanlah satu-satunya hal yang bisa membuatku menyesali tentang ketidakbahagiaan yang aku rasakan, kebodohan hanyalah media dimana takdir yang tak mampu kurubah, menjalankan peranannya secara utuh. Kebodohan hanyalah visualisasi terapan dari sempitnya pemikiran-pemikiran manusia. Dan kebodohan adalah aku, kebodohan adalah aku yang berpikiran sangat sempit dalam memandang dunia yang luas, kebodohan adalah aku yang tak mampu mengukur seberapa jauh jarak antara hati, cinta dan benci, disatukan dalam benang merah perasaan. Kebodohan adalah dunia ini yang memandang setiap manusia dari visualisasi mata, tanpa melihat seberapa jauh pemikiran. Kebodohan adalah dangkalnya pemikiran dalam menilai sesuatu yang terlalu cepat dinilai tanpa mengetahui latar belakang dan seluk-beluk. 

Kebodohan itu sangat bercokol dalam hati, pikiran, logika dan bahkan perasaan, kebodohan erat kaitannya dengan keangkuhan, kesombongan dan kecongkakan hati. Aku adalah orang yang angkuh dan pesimistik terhadap cinta, aku adalah orang yang paling pendendam dan sinis dalam menilai orang lain, dan aku adalah orang yang bodoh.

Dan pada kenyataannya manusia adalah makhluk terbodoh yang pernah ada dimuka bumi, hal ini dibuktikan dengan kesia-siaan yang mereka bawa, mereka ciptakan atas semua tindakan kesemena-menaan yang pernah ada.  Kenyataannya manusia memang makhluk paling bodoh, makhluk tamak yang bodoh. Manusia makhluk yang dengan kepintarannya menjadi sangat bodoh dengan kedangkalan jangkauan dan terbatasnya titik pandang. Manusia memiliki kepintaran yang tak terbatas, namun manusiapun menjadi bodoh dengan cara berfikir yang sempit.

Manusia menjadi bodoh dengan semua keegoisan yang dimiliki, kenyataannya manusia egois memang manusia bodoh, manusia dengan egoisnya hanya memikirkan kepentingannya sendiri tanpa memikirkan perasaan manusia lainya. Dan hal ini aku menyebutnya dengan kebodohan yang tak berperikemanusiaan. Keegoisan adalah hal kejam yang orang lakukan dengan menyakiti orang lain, makhluk lain. 
Aku lega setidaknya aku bukan satu-satunya manusia bodoh dalam kebodohan ini, hanya mungkin aku adalah satu-satunya masokis bodoh, yang tak tau bagaimana menjalan kehidupan selanjutnya setelah semua rasa sakit yang aku rasakan. Selama ini aku menjalankan kesia-siaan yang bodoh, menaruh diriku dalam titik-titik kebodohan yang fatal. Bukan lantaran aku tak tau bagaimana cara mengakhiri rasa sakit ini, penyakit bodoh yang terus menggerogotiku, hingga tulang-tulangku terasa nyeri. 

Hanya saja dengan bodohnya aku tak rela bila rasa sakit ini kemudian menghilang bersama kenangan-kenangan indah yang bodoh yang sebenarnya dari dalam pikiranku tak ingin memikirkannya lagi, tak ingin kenangan itu ada lagi dalam ingatanku, yang setiap malamnya bisa menghantamku bertubi-tubi mengantarkanku kedalam mimpi buruk yang melelahkan. Namun dengan sangat menyiksannya hati bodohku ini menolak semua itu, menolak bila kenangan-kenangan indah yang bisa menjadi kenangan buruk hanya dalam hitungan detik itu, terbuang begitu saja, meskipun sebenarnya logikaku menyangkalnya. Dengan keras dan lantang logikaku meneriakan padaku bahwa hatiku mesti rela membuang semuanya, kenangan indah yang berasal dari masa lalu itu harus secepatnya dimusnahkan.

Karena sesungguhnya kenangan bodoh itulah yang membuat aku tak bisa bernafas lega, kenangan bodoh itulah yang membuat otakku tak bisa berfikir dengan benar, dan ini semua memang tidak benar, kesia-siaan, kebodohan dan kemusnahan. 

Entah kapan tepatnya aku bisa menghilangkan kebodohan ini dari dalam hatiku, kebodohan ini, kenangan ini, dari indah dengan bodohnya berubah, bermetamorfosis dengan begitu cepatnya menjadi kenangan-kenangan buruk. Aku sendiri terperangah mengatahui hal itu, aku masih tidak percaya dengan semua yang terjadi, aku masih tak percaya dengan semua keindahan yang terenggut begitu saja dari dalam kehidupanku.

Semua kebodohan itu, masih kupikul dipundakku, cinta yang bodoh, kenangan yang bodoh, pikiran yang bodoh, hati yang bodoh, dan  hidup yang bodoh. Semua lagu-lagu sedih yang kudendangkan menyerukan kebodohan, semua puisi, semua perjalanan, semua pertemuan, semua rasa, semua tatapan, semua getaran, semua kata, semua kalimat, semua canda, semua tawa, semua senyuman, semua tangis, semua air mata, semua hal, semuanya terangkum dalam tatanan-tatanan kebodohan yang sungguh-sungguh bodoh.

Dialah sibodoh, kekasih bodoh, pecinta bodoh, perasa yang bodoh, komentar-komentar bodoh, kelakuan yang bodoh, perhatian yang bodoh, cahaya yang bodoh, keceriaan yang bodoh, keputusan-keputusan yang bodoh, perubahan yang bodoh, takdir yang bodoh, dan aku yang benar-benar bodoh. 

Semetara dunia ini sibuk dengan berbagai macam kebodohan yang ada, sedang aku sibuk mendengkur dalam tidur yang disertai dengan mimpi-mimpi dan saat aku terbangun, tiba-tiba saja aku berubah menjadi lebih bodoh, dengan semua harapan-harapan baru, yang muncul menambah satu lagi daftar kemustahilan yang aku tulis dalam catatan-catatan, daftar harapan-harapan bodohku.

Didalam semua kebodohan yang aku miliki, terselip rasa takut yang luar biasa. Rasa takut ini bisa sangat mempengaruri keputusan-keputusanku, mengubahnya menjadi sangat tidak rasional. Rasa takut ini membuatku nampak lebih bodoh dari biasanya, rasa takut dan mimpi buruk, dua hal yang kemudian bersatu dalam alam pikiranku, dan membuat alam bawah sadarku cemas setengah mati. 

Tentang semua kebodohan dan rasa takut itu, kini aku mencoba menutup rapat-rapat hatiku, baik untuknya, untukmu dan untuk siapapun. Aku menutupnya dengan kunci-kunci kegetiran, sehingga nantinya perasaan, ataupun iming-iming kebahagiaan tak mampu mencuri kunci itu dan menerobos masuk kedalam hati rapuhku. Harapanku nantinya hati yang rapuh ini dapat berubah menjelma menjadi hati yang lebih kuat, lebih tegar dalam menghadapi hal-hal baru yang mungkin lebih menyakitkan dari ini. 

Aku masih mengingat sangat jelas dimana aku ditinggalkan dalam sepi dengan semua kebodohanku. Semua harapan, semua angan yang ada didalam pikiran dan hatiku, tiba-tiba saja menjadi buta. Melemparku ketempat yang jauh berbeda dari hari-hari bahagia kemarin, berubah menjadi hari-hari yang menyakitkan. 
Rasanya aku kalah, di kalahkan oleh kebodohanku, di kalahkan oleh waktu. Aku terus berusaha menghapus semua racun-racun cinta yang dipenuhi kebodohan ini, menepiskan semua angan-angan bodoh yang terus-menerus meliputi imajinasi palsu dan bodoh yang tiba-tiba menyerangku. Rasa perih itu menusukku, menghujamku tanpa ampun, bertubi-tubi, membuat nafasku tersengal dan aku tersedak.

Aku terus berharap dan berusaha meyakikan diriku sendiri, bahwa suatu saat nanti kebodohan ini akan hilang. Dan dengan menghilangnya semua kebodohan akan disertai dengan hilangnya semua rasa sakit, aku mungkin hanya bisa berharap. Ini sebuah harapan sebuah mimpi yang meskipun mustahil aku ingin hal itu terwujud. Aku ingin semua sakit, semua mimpi buruk semua masalah, semua nyeri, semua kepedihan hati, semua kebodohan, semuanya menghilang, menguap dalam bayang-bayang dan semuanya perlahan-lahan mengabur terbang dan lenyap ditelan waktu. Ini adalah keinginan terbesarku agar semua tatanan kembali ketempatnya, agar semua rasa sakit sembuh tanpa meninggalkan bekas, agar nantinya bisa terasa seperti tak pernah ada luka di hatiku, di hati siapapun.

Itulah sepenggal harapan bodoh, harapan yang hanya memang harapan, ku sebut bodoh karena memang dengan bodohnya tak mampu terwujud. Kusebut bodoh karena memang hanya sakit yang kemudian terasa, kusebut bodoh karena aku menganggap ini bodoh. Sebodoh-bodohnya sibodoh adalah aku yang masih paling bodoh,  bodoh karena aku tahu cara menjadi pintar, aku tahu cara terlepas dari kebodohan namun aku lebih memilih untuk jadi tetap bodoh.